Search This Blog

Wednesday, June 23, 2010

Serba Serbi Lagu Piala Dunia 2010

You're a good soldier, Choosing your battles,
Pick yourself up, And dust yourself off, And back in the saddle

You're on the frontline, Everyone's watching,
You know it's serious, we're getting closer, This isnt over

The pressure is on, You feel it, But you've got it all, Believe it

When you fall get up, Oh oh...
And if you fall get up,
eh eh..

Tsamina mina, Zangalewa, Cuz this is Africa,
Tsamina mina eh eh, Waka Waka eh eh,
Tsamina mina zangalewa, This time for Africa

Listen to your god, This is our motto,
Your time to shine, Dont wait in line, Y vamos por Todo

People are raising, Their Expectations,
Go on and feed them, This is your moment, No hesitations

Today's your day, I feel it, You paved the way, Believe it

If you get down, Get up Oh oh...
When you get down, Get up eh eh...

Tsamina mina zangalewa, This time for Africa,
Tsamina mina eh eh, Waka Waka eh eh,

Tsamina mina zangalewa, Anawa aa,
Tsamina mina eh eh, Waka Waka eh eh
Tsamina mina zangalewa, This time for Africa,

***

Lagu tema Piala Dunia 2010, "Waka Waka" ditulis oleh Shakira. Tapi chorus alias refreinnya 'dipinjam' dari lagu “Zangalewa”, karya grup musik asal Kamerun, “Golden Sounds”.

Tsamina atau Zangaléwa adalah lagu hits mereka di pertengahan tahun 1980-an. Saking hits-nya, Golden Sound mengubah nama kelompok mereka jadi Zangalewa.

Sebenarnya apa sih arti dari lagu Zangalewa, atau refrein waka-waka itu?

Liriknya, berasal dari bahasa Afrika Tengah yang disebut Fang, "tsaminamina" artinya datang, "waka waka" artinya, Lakukan, seperti sedang mengerjakan tugas, Waka sendiri merupakan bahasa pidgin, yang berarti “berjalan sambil bekerja.”

"Tsaminamina zangalewa" artinya "kamu berasal dari mana?"

Wana berarti "kepunyaan saya", zambo artinya menunggu.

Ada juga yang yang mengatakan “Zangalewa” merupakan bahasa slang (gaul) Kamerun yang menggambarkan rasa puas ekspresi penembak jitu. Asal-muasal kata itu adalah Zanga-lowa, yang artinya "Siapa yang menelepon Anda?" dalam bahasa Ewondo.

Sumber: wikipedia, worldcup2010.com, afphttps://youtu.be/pRpeEdMmmQ0

Tuesday, June 22, 2010

Pemerintah Malaysia Kerap Ingkar Janji


Tuntaskan Kasus TKI

Jakarta - Pemerintah Malaysia harus mene­pati janjinya untuk mengungkap kasus-kasus yang melibatkan warga negara Indonesia.

Pemerintah Malaysia kerap mengingkari janji untuk segera mengungkapkan kasus hukum di mana WNI menjadi korban.

Hari Kamis (17/6), Menteri Luar Negeri Malaysia Dato’ Sri Anifah Aman berjanji melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap kasus penembakan tiga tenaga kerja Indonesia. Ketiga WNI yakni Musdi (36), Muchlish (25), dan Abdul Sunu (30) tewas ditembak karena dituduh merampok.

Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia yang telah memeriksa saksi-saksi rekan korban menyebutkan, ketiga WNI asal Madura itu tidak terlibat dalam pencurian mobil seperti yang dituduhkan polisi Malaysia.

Usai bertemu Menlu Marty Natalegawa, Aman menegaskan pemerintah Malaysia akan memberlakukan semua warga negara sama menurut hukum. “Kita tidak membedakan rakyat Indonesia dan Malaysia... when it’s a crime it’s a crime, saya akan menjamin apa jua yang berlaku Insya Allah, pemerintah kerajaan Malaysia akan melakukan penyelidikan yang menyeluruh dan supaya penjahat yang membuat perkara begitu menyedihkan ini bisa dibawa ke pengadilan,” kata Aman.

Menurut Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care, aktivis pembela buruh migran, janji saja tidak cukup. “Malaysia selalu mengingkari janjinya, dalam setiap kasus hukum,” kata Anis saat dihubungi SH, Jumat (18/6).

Dia menyebut contoh kasus Ceriyati. Saat kasus tersebut menyita perhatian publik, Duta Besar Malaysia di Jakarta kala itu berjanji segera menuntaskan kasus hukum. “Tapi ini sudah tiga tahun, tidak ada kemajuan,” kata Anis. Dia menyebut kasus Kunarsih yang disiksa majikan hingga meninggal dunia. “Apalagi yang sudah mati disiksa, susah kan saksi korbannya. Yang hidup saja begitu,” katanya.

Dalam kasus penembakan tiga WNI, berulang kali nota diplomatik yang dikirim pemerintah tidak dibalas, atau dibalas terlambat. Kasus ini, baru ada penyelidikan dua kali dan sangat lambat. Rekonstruksi terakhir dilakukan bulan Mei lalu. “Hanya merekonstruksi bagaimana tiga TKI itu diambil dari warnet, saat bersama-sama melihat pertandingan bola dari internet. Kemudian datang sepuluh petugas, padahal ketiganya membawa dokumen lengkap, tapi ditangkap, dibawa ke belakang, dinaikkan ke mobil,” kata Anis.

Revitalisasi Komisi Bersama
Pertemuan Menlu RI dan Malaysia, Kamis, merupakan tindak lanjut dari kesepakatan yang dihasilkan pada pertemuan ketujuh konsultasi tahunan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di Putrajaya, 18 Mei 2010.

Selain mengidentifikasi langkah tindak lanjut hasil pertemuan kedua kepala negara, kedua menlu juga membahas revitalisasi empat kelompok kerja di bawah payung pertemuan Komisi Bersama untuk Kerja Sama Bilateral di tingkat Menlu. Keempat bidang tersebut adalah bidang politik, keamanan dan perbatasan, bidang ekonomi, sosial budaya dan ketenagakerjaan. Kedua menlu juga sepakat untuk mengadakan pertemuan komisi bersama pada September-November 2010. Disepakati pula untuk menyelesaikan masalah perbatasan wilayah kedua negara secepatnya, dan kerja sama penanggulangan kejahatan lintas batas.

Soal ketenagakerjaan, kedua menlu sepakat agar revisi nota kesepahaman (MoU) soal rekrutmen dan penempatan TKI segera diselesaikan untuk memberikan perlindungan lebih baik bagi WNI, khususnya TKI di Malaysia. Dalam pertemuan, Menlu Aman mengakui pentingnya TKI dalam pembangunan negaranya. “Berkat tenaga kerja indonesia, Malaysia bisa membangun negara,” katanya.

Dibahas pula tindak lanjut upaya pemerintah RI untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak TKI, khususnya di wilayah Sabah dan pembentukan pusat kegiatan belajar-mengajar bagi TKI di Malaysia. Kedua menlu juga membahas masalah Gaza dan proses perdamaian Timur Tengah. n

dipublikasikan Sinar Harapan, Jumat 18 Juni 2010

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/pemerintah-malaysia-kerap-ingkar-janji/?tx_ttnews%5Byears%5D=2010&tx_ttnews%5Bmonths%5D=06&tx_ttnews%5Bdays%5D=18&cHash=bb0f306ccf

AS Sambut Penetapan Marzuki Darusman


Utusan HAM PBB soal Korut

Washington – Amerika Serikat menyambut penetap­an Marzuki Darusman sebagai utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) soal situasi hak-hak asasi manusia (HAM) Korea Utara.


“Amerika Serikat berharap pemerintah Korea Utara akan memberikan akses kepada Mr Darusman untuk melihat kondisi di dalam negeri, dan me­ngadakan pembicaraan langsung soal isu-isu hak asasi manusia,” kata Philip J Crowley, juru bicara Kemen­terian Luar Negeri AS dalam media brifing rutin, Senin (21/6).

Utusan PBB soal HAM Korut sebelumnya Vitit Muntarbhorn tidak pernah diberi akses ke Korut. Meski demikian dalam pernyataannya, Kemenlu AS menyatakan penghargaan terhadap Muntarbhorn yang telah menjabat selama enam tahun.

“Profesor Muntarbhorn telah menyuarakan kepentingan rakyat Korut, dan mengadvokasi pemerintahnya untuk meningkatkan catatan HAM serta kondisi buruk pengungsi Korut,” kata Crowley di situs Kemenlu AS.

Dia menegaskan masalah HAM adalah prioritas utama AS dan menyelesaikan masalah HAM akan memiliki dampak signifikan bagi eratnya hubu­ngan AS dengan Korut.

Sementara itu Indonesia juga menyambut baik terpilihnya Marzuki. “Karena ini mencerminkan banyaknya anak bangsa yang mampu berkiprah dan memikul tanggung jawab besar di tataran internasional,” kata Teuku Faizasyah, juru bicara Kementerian Luar Negeri saat dihubungi SH, Selasa (22/6).

Saat ditanya, apakah penunjukan Marzuki akan mempererat ataukah malah mengganggu hubungan baik Indonesia dengan Korut mengingat yang dibahas adalah masalah sensitif bagi negara itu, yakni HAM, Faiza menyatakan tugas tersebut merupakan penunjukan Marzuki sebagai individu yang profesional.

“Sebagai profesional, Pak Marzuki tentunya akan melaksanakan tugas berdasarkan apa yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya, dan tidak semestinya dikaitkan dengan tingkat hubungan Indonesia dengan Korea Utara,” kata Faiza.

Fakta Primer
Sementara itu, Marzuki menyatakan akan berupaya mencari pendekatan yang berbeda untuk memenuhi tugas dan mandatnya. Saat ini dia tengah mempelajari laporan-laporan yang diberikan oleh pendahulunya Profesor Muntarbhorn.

“Pendekatannya mungkin harus dicari sedemikian rupa agar diperoleh kemajuan lebih jauh,” kata Marzuki saat dihubungi SH, Selasa.

Ketika ditanya apakah Marzuki akan memanfaatkan kedekatan sejarah hubungan Korut dengan Indonesia, dia menyatakan hal itu bisa memperlancar, dan mungkin bisa dipertimbangan namun tidak bisa dijadikan acuan pokok.

Dia menegaskan perlunya pendekatan lain untuk menjelaskan kesan bahwa pelaksanaan sebagai pelapor khusus tentang Korut, tidak semata-mata untuk membuktikan opini umum tentang Korut. Yang menyebabkan pekerjaan pelapor khusus tersebut hanya akan terbatas pada pencarian bukti-bukti pendukung dari hasil pengamatan di masa yang lalu.

“Selama ini Korut menya­takan laporan-laporan tentang keadaan HAM negerinya di­susun oleh Sekretariat PBB. Nah karena itu, lebih banyak bersumber pada fakta sekunder,” kata Marzuki. Dia menjelaskan prinsip HAM di suatu negara bukan saja kewenangan negara yang bersangkutan, namun dunia internasional juga berkepentingan. Kedua, keadaan HAM di suatu negara tidak bisa didasarkan oleh fakta-fakta sekunder yakni sumber-sumber yang tidak langsung, yang selama ini dianggap sebagai Korea Utara.

“Karena itu pendekatan baru atau pendekatan lain itu perlu menunjukkan suatu keseriusan, tetapi juga ketulus­an bahwa laporan tentang keadaan di sana tidak bisa pada upaya membuktikan laporan-laporan tersebut. Jadi, harus ada laporan yang didasarkan fakta-fakta primer. Dengan demikian, ada keseimbangan antara fakta di sana dengan penemuan dari sumber-sumber lain,” paparnya.

Marzuki ditetapkan Dewan HAM PBB sebagai pelapor khusus urusan Korut, Kamis (17/6). Dia telah menerima pemberitahuan pencalonan tersebut sejak tiga bulan yang lalu oleh Kantor Komisaris Tinggi HAM PBB. Dia juga diberi tahu oleh Wakil Tetap RI di Jenewa, Dian Triansyah Djani. Setelah keputusan ditetapkan, Marzuki mengaku dikonfirmasi oleh Wakil Watapri RI di Jenewa, Desra Percaya. Pencalonan Marzuki sebagai pelapor khusus dilakukan oleh beberapa lembaga swadaya masyarakat regional antara lain Forum Asia, selain dicalonkan oleh beberapa negara.

Kiprah Marzuki di dunia internasional sebelumnya antara lain menjadi anggota Komisi Penyelidik Kasus Pembunuhan terhadap mantan PM Pakistan Benazir Bhutto. Dia juga pernah menjadi anggota kelompok independen untuk pencarian fakta di Sri Lanka dalam kerangka Inter Parlemen Union (IPU). n

dipublikasikan di Sinar Harapan, Selasa 22 Juni 2010
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/as-sambut-penetapan-marzuki-darusman/?tx_ttnews%5Byears%5D=2010&tx_ttnews%5Bmonths%5D=06&tx_ttnews%5Bdays%5D=22&cHash=45382f559d

Sunday, June 13, 2010

Jalani Takdirmu, Ya Nduk


Mencari sekolah dasar terbaik untuk Laras ternyata tidak semudah dibayangkan semula. Awalnya, lantaran usia Laras kurang delapan hari dari persyaratan. Laras tidak dapat masuk ke SD standar nasional terdekat, yang menurut para tetangga dan kenalan, terbaik di lingkungan kami.

Persyaratan minimum untuk masuk SD, adalah enam tahun per tanggal 12 Juli, sedangkan Laras lahir pada 20 Juli. Sistem komputerisasi pada pendaftaran SD kali ini, tidak memungkinkan Laras atau siapapun yang kurang bahkan satu hari, untuk memenuhi kualifikasi. Komputer jelas akan menolak mereka.

Pun, ternyata Laras juga tidak dapat masuk ke sekolah reguler, yang dikatakan 'berakreditasi B'. Lagi-lagi karena syarat umur tersebut. Akhirnya, terpaksa kami mendaftarkannya ke sekolah "berakreditasi C". Keputusan akhir akan ditentukan 17-18 Juni ini, karena dia pun ternyata tidak lolos saringan awal. Komputer menolaknya. Satu-satunya kesempatan, kalau kursi sekolah masih kosong, dia akan diikutkan pada seleksi kedua.

Entah, aku pun tidak tahu. Yang pasti, kalau aku mampu, ingin aku memasukkannya ke SDK 4 BPK Penabur, sekolah Kristen terbaik, yang tidak jauh letaknya dari rumah. Itu pun sesuai dengan impian Laras sejak TK, ingin masuk sekolah Kristen.

Tapi jauh di atas semua itu, aku yakin, sekolah apapun yang terbaik menurut manusia, belum tentu terbaik bagi Laras. Dia harus menjalani takdirnya. Seperti aku.

Indonesia Menyayangkan Sanksi Baru Iran


Jakarta - Indonesia menyayangkan kondisi yang berkembang sedemikian rupa sehingga Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) merasa perlu menerapkan sanksi tambahan terhadap Iran.

“Kita senantiasa berpandangan bahwa penyelesaian masalah ini melalui perundingan, dialog, karena itulah kita ingin menciptakan kondisi yang kondusif terhadap dialog perundingan itu,” kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa seusai bertemu dengan Wakil Menlu China Cui Tiankai di Gedung Pancasila, Jakarta, Jumat (11/6).

“Sekarang pertanyaannya adalah apakah penerapan sanksi ini menciptakan kondisi yang kondusif atau tidak karena hampir sesaat bersamaan dengan penerapan sanksi ini, pihak iran menyatakan mereka negatif atas sanksi ini,” tambahnya.

Menurut Marty, permasalahan inti dari masalah Iran adalah kekurangpercayaan dari kedua pihak. “Yang menurut kita perlu dilakukan adalah membangun kembali kepercayaan, bukan masalah teknis, bukan masalah memperkaya uranium di negara ketiga, seperti yang sudah berhasil diraih dengan Brasil dan Turki. Ternyata setelah ada itu pun pihak-pihak lain belum memercayai efektivitas proses ini sehingga timbullah penambahan sanksi ini,” papar Marty.

Dia menegaskan Indonesia senantiasa berkeyakinan pendekatan yang perlu dikedepankan adalah pendekatan yang menggarisbawahi perlunya dialog dan komunikasi. “Iran sendiri berkewajiban memenuhi ketentuan dari NPT, bekerja sama dengan IAEA, namun tentu tanpa mengesampingkan hak setiap negara untuk mengembangkan energi nuklir secara damai.”

Saat ditanya SH apakah sanksi baru akan menghalangi kerja sama nuklir Indonesia dengan Iran, Marty menjawab, “Faktanya resoulsi DK PBB, apapun konstelasi votingnya, harus dipatuhi masyarakat internasional.”

G-20
Pertemuan Marty dengan Wakil Menlu China Cui terutama membahas persiapan KTT G-20 di Toronto, 26 Juni mendatang. Selain mendiskusikan masalah apa yang akan dibahas dalam KTT tersebut, kedua pejabat juga mempersiapkan pertemuan bilateral antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden China Hu Jintao di sela-sela KTT.

Indonesia dan China bertukar pandangan soal bagaimana peranan G-20 memastikan pemulihan ekonomi agar tetap berlanjut. Kedua pihak juga membahas bagaimana peran G-20 ke depannya. “Kita punya pandangan yang sama bahwa tatanan internasional, harus dibuat lebih representatif dengan adanya partisipasi negara-negara seperti Indonesia,” kata Marty.

Selain G-20, kedua pejabat juga membahas masalah regional seperti situasi Semenanjung Korea dan Myanmar. “Baik Indonesia maupun Tiongkok memiliki posisi serupa, prihatin atas situasi yang berkembang akhir-akhir ini, tapi di pihak lain mempunya tekad yang sama untuk memastikan kondisi yang kondusif tetap dipelihara agar ada penyelesaian masalah melalui dialog, perundingan,” kata Marty.

Menurutnya, Tiongkok memiliki peranan penting sebagai inisiator proses dialog enam pihak. “Tapi pihak Tiongkok juga mengakui Indonesia memiliki hubungan yang sangat baik, baik dengan Korea Utara maupun Korea Selatan sehingga Tiongkok mengharapkan peranan Indonesia yang konstruktif di bidang ini. Kita mencari bentuk peranan yang selaras dan bersinergi dengan dialog enam pihak di masa depan.” katanya.
(natalia santi)

dipublikasikan Sinar Harapan, Jumat, 11 Juni 2010

Foto: Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Wamenlu China Cui Tiankai (Rasto/Kemlu RI/Dit.Infomed)

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/indonesia-menyayangkan-sanksi-baru-iran/?tx_ttnews%5Byears%5D=2010&tx_ttnews%5Bmonths%5D=06&tx_ttnews%5Bdays%5D=11&cHash=03b9c102da



Wednesday, June 9, 2010

Natalia Santi: Bahasa Indonesia Bisa Jadi Bahasa Resmi PBB


Jakarta - Bahasa Indonesia yang digunakan lebih 231 juta orang bisa diajukan sebagai bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Permintaan itu dapat diajukan pemerintah Indonesia kepada PBB. Demikian salah satu gagasan yang terungkap dalam wawancara eksklusif Sinar Harapan dengan Wakil Sekretaris Jenderal PBB bidang Komunikasi dan Informasi Publik, Kiyotaka Akasaka yang tengah berkunjung ke Jakarta, Jumat (28/5).

Saat mengetahui jumlah penduduk Indonesia yang hampir mencapai 250 juta, Akasaka mengatakan pemerintah Indonesia bisa mengajukan permohonan agar bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi PBB.

“Anda harus mempromosikannya, agar mendapat persetujuan dari seluruh negara anggota (PBB, Red),” kata mantan duta besar Jepang untuk PBB ini.

Saat ini, PBB memiliki enam bahasa resmi. Pada awalnya, hanya lima yakni Inggris, Prancis, Rusia, China, dan Spanyol. Bahasa Arab ditambahkan menjadi bahasa resmi PBB keenam. “Jika pemerintah Indonesia memberi bantuan dana, kami juga bisa memproduksi radio berbahasa Indonesia,” katanya. Saat ini, pihaknya mendapat bantuan sehingga bisa menyiarkan program radio berbahasa Portugis dan Kiswahili.

Rakyat Indonesia, menurut jajak pendapat yang dilakukan sebuah lembaga riset Amerika Serikat, Pew Research Center, memiliki pandangan positif terhadap aktivitas yang dilakukan PBB, yakni sebesar 79 persen atau yang tertinggi di dunia bersama dengan Korea Selatan.

Saat disebut SH, bahwa rakyat Indonesia melihat PBB lemah dalam isu-isu Israel-Palestina atau Iran, dia menyatakan hal itu merupakan kesalahpahaman pandangan soal mandat PBB dengan masalah politik. Meski demikian, dia menegaskan perlunya reformasi DK PBB agar lebih efektif dan kredibel.

Keputusan apa pun yang diambil DK PBB harus sesuai dengan kemampuan dukungan negara anggota. “Keputusan apa pun yang dibuat dalam DK PBB harus didukung de­ngan sumber dana, dan negara-negara dengan kemampuan menyediakan dana, bisa ditambahkan ke dalam keanggotaan DK PBB. Itu antara lain masalah yang sedang dibahas,” katanya.

Dia menambahkan isu reformasi DK PBB tidak boleh dikaitkan langsung dengan masalah-masalah yang sekarang ini ada, seperti masalah Timur Tengah. “Masalah itu tidak hanya pada struktur DK PBB, tetapi masalah politik. Apakah ada DK PBB atau tidak masalah politik itu tetap ada, selama Israel dan Palestina tidak duduk bersama di meja negosiasi,” kata mantan wakil Sekjen Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) tersebut.

Peran Indonesia
Menurut Akasaka, Indonesia memberikan kontribusi yang sangat besar bagi PBB. Jumlah pasukan perdamaian hingga mencapai kontingen ke-17, menempati peringkat 20 teratas. Selain memainkan peranan vital dalam perdamaian dan keamanan, Indonesia juga memberi contoh de­ngan kemajuan besar dalam pencapai­an Millenium Development Goals (MDGs). “Indonesia berperan secara politis, politik dan keamanan, pembangunan ekonomi dan soal lingkungan­,” kata Akasaka sambil menyebut peran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang saat wawancara tengah berada di Norwegia mengikuti konferensi lingkungan hidup.

Saat ditanya apakah dengan pencapaian itu Indonesia layak menjadi anggota tetap DK PBB, Akasaka tidak mau berkomentar. “Sekretariat PBB tidak bisa berkomentar tentang hal tersebut. Jika Indonesia memintanya, hal itu harus dinegosiasikan dengan negara anggota. Kami tidak bisa berkomentar,” katanya.

Pada lawatannya, Akasaka juga bertemu dengan para mantan anggota pasukan perdamaian PBB. Di antara mereka ada yang telah menulis buku perihal pengalamannya sebagai polisi di Sudan.
“Saya terkesan, buku pasti akan berguna bagi banyak orang,” katanya sambil menambahkan buku itu akan diperbanyak oleh kantor informasi PBB di Jakarta agar lebih banyak lagi orang memahami peran Indonesia dalam pasukan perdamaian PBB.

Dia juga menyarankan agar pasukan Indonesia membuat video dan disampaikan kepada UN You Tube agar dapat disaksikan di seluruh dunia. n

dipublikasikan di Sinar Harapan, 3 Juni 2010
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/bahasa-indonesia-bisa-jadi-bahasa-resmi-pbb/

Robert Einhorn: Masalah Iran dan Israel Berbeda


Jakarta – Israel dan Iran adalah dua negara yang sama-sama mengembangkan teknologi nuklir.


Iran bagi Barat adalah ancaman karena dianggap tak bisa dipercaya soal komitmen. Begitu pula Israel bagi kawasan Timur Tengah.


Robert Einhorn, staf khusus soal perlucutan senjata dan nonproliferasi nuklir Amerika Serikat yang mengunjungi Indonesia akhir pekan lalu, mengatakan masalah Iran dan Israel berbeda.


Catatan Iran sebagai anggota NPT tidak bagus, kata Einhorn.


“Ini bukan AS yang menyatakannya, tetapi internasional, Badan Atom Internasional IAEA yang menyatakannya.”


Menurut dia, tahun 2002 terungkap Iran memiliki fasilitas pengayaan uranium bawah tanah. Penyelidikan oleh IAEA mengungkapkan sejumlah pelanggaran oleh Iran atas komitmennya terhadap IAEA.


Ia mengatakan Dewan Gubernur IAEA dan DK PBB mengeluarkan empat resolusi yang menya takan Iran tidak patuh dan meminta Iran menghentikan pengayaan uranium. “Iran terus membandel,” katanya.


Akhir September lalu, Presiden Obama, Presiden Prancis dan PM Inggris dalam pertemuan di Pittsburgh meng ungkapkan Iran memiliki fasili tas nuklir kedua yang dirahasiakan, hal ini diungkap agen intelijen AS, Inggris dan Prancis.


Menurut Einhorn, pengungkapan fasilitas pengayaan nuklir ini tidak hanya mengejutkan negara-negara yang menentang Iran, tapi juga negara-negara yang mendukung Iran seperti Rusia dan China.


“Namun, pemerintahan Obama membuat kebijakan untuk melibatkan diri dengan Iran, berbicara langsung dengan Iran untuk menemukan solusi masalah yang memisahkan negara kami selama bertahun-tahun. Presiden kami menulis dua surat kepada pemimpin Iran untuk mencoba membangun hubungan lebih baik. Tapi, Iran tidak menanggapinya dengan resiprokal,” katanya.


Einhorn menyatakan ia menghadiri pertemuan dengan Iran di Jenewa, 1 Oktober lalu. Menurut dia, ada kesepakatan, tapi dalam waktu hanya sebulan saja tidak dipatuhi Iran. Banyak orang mengira AS meragukan Iran karena masalah penyanderaan (kasus penyanderaan di Kedubes AS di Teheran tahun 1981, Red.).


Einhorn mengakui sikap AS dan Indonesia kerap berbeda dalam menyikapi masalah nuklir Iran. “Kami punya lebih banyak pandangan negatif tentang Iran ketimbang IAEA. Tapi IAEA mengeluh, El Baradei mengeluh karena kurang kerja samanya Iran. Akibatnya dia sendiri tidak mampu memutuskan apakah Iran punya program nuklir tersembunyi, apakah Iran sudah menunjukkan kemajuan dalam kepatuhannya terhadap komitmen yang dibuat dengan IAEA. Menurut kami kekhawatiran kami soal Iran bukan cuma AS, tapi masyarakat internasional.”


Soal Israel, kata Einhorn, memang ada kekhawatiran soal standar ganda. “Tapi ini berbeda. Iran enggan me matuhi komitmennya, namun tidak ada yang mengklaim Israel tidak mematuhi kewajibannya. Israel bukan anggota NPT. Tidak pernah join NPT,” katanya.


Menurut Einhorn, Israel ingin tetap membiarkan opsi terbuka sepanjang tidak ada perdamaian di kawasan antara Israel dengan negara-negara tetangganya. Israel tidak melanggar kewajiban. “Tapi Iran-lah. AS juga ingin melihat Timur Tengah yang bebas nuklir dan senjata pemusnah massal. Proposal yang lama di ajukan Presiden Mubarak Mesir yang didukung AS. Kami ingin Israel pada akhirnya bergabung dengan NPT. Kami ingin melihat Israel join zona bebas nuklir Timur Tengah. Kami dukung itu dan kami mendukung pembahasan itu antara Israel dengan tetangganya,” katanya.


Einhorn menyatakan pembentukan zona semacam itu sulit sepanjang tidak ada perdamaian di kawasan. Israel memiliki kesepakatan perdamaian hanya dengan Mesir dan Yordania, tapi tidak dengan lainnya. (natalia santi)



dipublikasikan di Sinar Harapan, 13 November 2009


http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/masalah-iran-dan-israel-berbeda/?tx_ttnews[years]=2009&tx_ttnews[months]=11&tx_ttnews[days]=13&cHash=999efd3145

Indonesia Terus Desak Negara Nuklir Lucuti Senjata


Jakarta – Indonesia dalam kapasitas nasional maupun bersama negara-negara Gerakan Nonblok (GNB) terus mendesak negara-negara nuklir untuk melucuti senjata sesuai dengan kewajiban dan komitmen yang tercantum dalam artikel VI Traktat Nonproliferasi (NPT).

Posisi ini senantiasa disampaikan Indonesia di berbagai forum multilateral seperti Sidang NPT, Komite I Majelis Umum PBB, Komisi Perlucutan Senjata PBB, dan Konferensi Perlucutan Senjata PBB. Saat ini Indonesia menjabat sebagai koordinator kelompok kerja perlucutan senjata GNB.

“Upaya yang dilakukan Indonesia bersama negara-negara GNB setidaknya telah membuahkan hasil dengan menurunnya jumlah senjata nuklir dari sekitar 50.000 pada masa Perang Dingin menjadi 23.000 pada saat ini,” ungkap Rezlan Ishar Jenie, Direktur Jenderal Multilateral Departemen Luar Negeri, dalam wawancara tertulis dengan SH, Jumat (13/11).

Indonesia mengakui perlucutan senjata nuklir perlu dilakukan secara bertahap dan transparan dengan jadwal waktu (time-frame) yang jelas serta dapat diveri fikasi.

Sikap Indonesia terhadap isu nuklir Iran dilandasi laporan-laporan Badan Atom Internasional (IAEA). Indone sia terus mengikuti perkembangan pembahasan isu nuklir Iran dalam forum IAEA. Indonesia mengharapkan agar Iran terus bekerja sama dengan badan nuklir dunia itu secara transparan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang masih menggantung (outstanding issues) dan mengembalikan kepercayaan masyarakat internasional terhadap status program nuklirnya.

Dalam kaitan ini, Indonesia menyambut baik keinginan Amerika Serikat untuk berdialog langsung dengan Iran dalam kerangka pembicaraan P-5+1 (lima negara anggota tetap DK PBB ditambah Jerman, red.) dengan Iran belum lama ini. Indonesia mengharapkan pembicaraan antara kedua belah pihak dapat menghasilkan pe nye lesai an yang damai dan me­nyeluruh tentang isu nuklir Iran sehingga isu ini dapat dikembalikan ke IAEA.

Dalam kerangka kerja sama untuk mengisi kemitraan komprehensif antara RI-AS, pada prinsipnya Indonesia bersedia membuka dialog dan konsultasi dengan AS guna membicarakan isu-isu nonproliferasi dan perlucutan senjata.

“Sebetulnya selama ini proses dialog dan konsultasi telah dan akan terus dilakukan dalam berbagai kesempatan pertemuan bilateral, regional dan multilateral. Dalam kapasitas sebagai Koordinator Pokja Perlucutan Senjata GNB tentunya dialog dan konsultasi bilateral dengan AS akan membantu upaya menjembata ni kepentingan negara-negara non-nuklir dan negara-negara nuklir, terutama dalam rangka persiapan Sidang Review Conference NPT Tahun 2010,” papar Rezlan.

Menghargai Sikap AS
Indonesia juga menghargai sikap AS yang lebih positif terhadap Kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara (KBSN-AT) mengingat beberapa kawasan bebas nuklir lain merupakan salah satu upaya untuk memperkuat rezim nonproliferasi dan perlucutan senjata nuklir.

Namun, diakui masih terdapat persoalan di antara negara-negara pihak terkait dengan draf Protokol Aksesi, khususnya tentang isu “transit rights and port visit” dan "zone of application”.

Dalam hal ini, Indonesia akan mengupayakan agar masa lah-masalah tersebut dapat segera diselesaikan di antara negara-negara pihak, dengan demikian keinginan negara-negara nuklir termasuk AS untuk mengaksesi KBSN-AT dapat segera diwujudkan.

Menanggapi gagasan Presiden Barack Obama soal "dunia yang bebas senjata nuklir", menurut Rezlan, ide itu telah dikumandangkan sejak beberapa dasawarsa yang lalu oleh negara-negara non-nuklir, termasuk Indonesia.

Gagasan ini sejalan dengan upaya perlucutan senjata nuklir secara utuh dan menyeluruh. “Karena itu Indonesia menyambut baik keinginan Obama untuk ikut aktif mewujudkan gagasan tersebut dalam rangka mengembalikan isu nonproliferasi dan perlucutan senjata nuklir kembali menjadi agenda global yang perlu ditangani serius sebagaimana isu-isu perubahan iklim, ketahanan pangan, ketahanan energi dan krisis finansial glo bal,” papar diplomat yang pernah menjadi Wakil Tetap RI untuk PBB di New York ini. (natalia santi)

dipublikasikan di Sinar Harapan, 13 November 2009

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/indonesia-terus-desak-negara-nuklir-lucuti-senjata/?tx_ttnews[years]=2009&tx_ttnews[months]=11&tx_ttnews[days]=13&cHash=b98bc1d4b7

Dubes Iran: Kami Tidak Mau Mengemis


Jakarta – Nyaris tiada hari tanpa berita tentang Iran. Namun sayangnya media – khususnya media Barat – terlalu terfokus pada isu nuklir Iran belaka.

Itu pula yang sempat dikeluh kan Duta Besar (Dubes) Iran untuk Republik Indonesia, Behrooz Kamalvandi, dalam acara perpisahan dengan pers di kediaman resminya di Jakarta, pekan ini. Ia memang mengakui teknologi nuklir telah meningkatkan daya tawar bagi Iran.

“Kesuksesan Iran bukan hanya pada teknologinya, yang utama adalah dukungan masyarakat terhadap teknologi tersebut. Jadi, diplomasi yang menambah keberhasilan untuk meningkatkan daya tawar,” jelas Kamalvandi yang dua pekan lagi menyelesaikan penugasannya di Indonesia.


Menurutnya, nuklir untuk menyelesaikan masalah energi di dunia. Ia menyebutkan Iran memiliki semua persyaratan untuk menggunakan teknologi itu karena telah mencapai taraf sebagai negara menengah, me miliki sumber daya manusia dan ahlinya, mempunyai kebutuhan negara serta sumber uranium.


“Iran menggunakan teknologi (nuklir) ini tujuan-tujuan damai. Kami yakin dengan apa yang kami lakukan, karena itu kami tidak takut. Kami membuka pintu untuk pemeriksaan IAEA (Badan Energi Atom International),” tambah Kamalvandi.


Hal itu pula yang digaris kan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dalam jumpa pers di Istanbul usai acara Komite untuk Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan (COMCEC) Konferensi Negara-negara Islam pekan ini. Menurutnya, Teheran mencari dialog dan kerja sama, bukan konfrontasi.


“Tentangan negara-negara Barat terhadap program nuklir Iran adalah politis dan bukan legal atau teknikal. Satu-satu nya cara adalah… kerja sama dan dialog dengan Iran. Kami telah membuat usulan. Mari kita hentikan konfrontasi terhadap kami dan memilih jalan kerja sama dan dialog,” kata Ahmadinejad.


Sebenarnya dialog Iran dengan lima anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) plus Jerman di Jenewa telah membuahkan hasil. Menyusul perundingan tiga hari mulai 19 Oktober itu, negara Barat me ngajukan usulan yang menya rankan Iran mengapalkan 70 persen cadangan uranium yang telah dikayakan tingkat rendah ke luar dari negaranya–ke Rusia dan kemudian dikonversi di Prancis-untuk dialihkan menjadi lempeng bahan bakar logam bagi reaktor pusat penelitian medis Teheran.


Permasalahan kembali meruncing ketika Iran ber sikeras menginginkan adanya perubahan dari usulan yang diperantarai PBB tadi. Pekan ini Ahmadinejad menyatakan Iran mengusulkan pembelian uranium yang telah dikayakan tingkat tinggi bagi reaktor pusat penelitian Teheran sebagai langkah untuk lebih bekerja sama.


Saat ditanya mengapa Iran tidak memenuhi kesepakatan untuk mengirimkan uranium yang telah dikayakan 3,5 persen ke negara lain untuk diting katkan menjadi 20 persen, Behrooz menyatakan, "Kami tidak ingin, setelah kami berikan semua uranium yang 3,5 persen, lalu kami harus mengemis untuk minta yang 20 persen."


Dia tampak mencurigai kesepakatan itu hanyalah akal-akalan Barat untuk mendapat kan uranium Iran. "Nanti saat diminta ada saja alasan mereka untuk tidak memberikannya," katanya. Jadi, Anda tidak percaya Barat? "Kami tidak pernah percaya, sama sekali kepada Barat," tegasnya.


(mega christina/natalia santi)


dipublikasikan di Sinar Harapan, 13 November 2009

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/dubes-iran-kami-tidak-mau-mengemis/?tx_ttnews[years]=2009&tx_ttnews[months]=11&tx_ttnews[days]=13&cHash=f5edece3ea

Indonesia Bisa Petik Pelajaran dari Kasus Nuklir Iran


Jakarta – Kalangan pengamat menilai bahwa menjaga kepercayaan internasional adalah pelajaran yang bisa dipetik oleh Indonesia dari kasus program nuklir Iran. Pendapat tersebut disampaikan Begi Hersusanto, peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dalam seminar berjudul “Program Nuklir Iran: Untuk apa, Dapatkah Indonesia Mengambil Pelajaran”, Kamis (31/1), di Jakarta.

Pendapat serupa disampaikan Hikmahanto Juwaha, pakar hukum internasional dari Universitas Indonesia. Hikmahanto menyatakan Indonesia harus meyakinkan masyarakat internasional agar tidak dianggap sebagai negara tempat berlindung para teroris.

Menurut Hikmahanto, kontroversi seputar program nuklir Iran dipenuhi aspek politis dan politisasi. Jika Iran tidak dianggap Poros Setan oleh Presiden Amerika Serikat George W Bush, kemungkinan negara itu akan diizinkan untuk memperkaya uranium untuk tujuan damai seperti yang pernah terjadi dalam sejarah negara itu.

Duta Besar Iran untuk Indonesia Behrooz Kamalvandi menegaskan negaranya diperlakukan tidak adil dengan dicegah untuk mengembangkan senjata nuklir. “Selama beberapa tahun terakhir ini, pemerintahan AS dan beberapa negara Barat telah melancarkan propaganda tidak adil dan sepihak yang negatif terhadap Iran, dan telah menyalahgunakan isu energi nuklir sebagai instrumen untuk melakukan tekanan atas Iran,” kata Kamalvendi dalam makalah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh diplomat Iran. Dia menambahkan negara-negara tersebut mencoba mencabut hak Iran atas penggunaan ilmu pengetahuan yang penting.

Duta Besar Belgia untuk Indonesia, Marc Trenteseau, yang juga hadir dalam seminar tersebut menyatakan negara-negara Barat bukan bermaksud menekan Iran. Trenteseau mempertanyakan jika Iran menginginkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) untuk tujuan damai, mengapa menolak untuk menerima bantuan bahan bakar. “Karena di situlah letak kecurigaan masyarakat internasional,” kata Trenteseau.

Bantuan bahan bakar PLTN yang ditawarkan cukup untuk menghidupkan pembangkit tersebut selama setahun atau lebih. “Jerman dan Belgia juga memiliki energi nuklir untuk damai, namun kami tidak membuat sendiri bahan bakarnya,” kata Trenteseau.

Menjawab pertanyaan tersebut, Kamalvandi menyatakan Iran memiliki 20 ilmuwan nuklir serta fasilitas yang mulai berkarat karena itu mereka tidak mau menyia-nyiakannya hanya untuk tunduk kepada perintah AS.

PLTN Muria
Sementara itu, Mohammad AS Hikam, mantan Menteri Riset dan Teknologi selaku moderator mengaku heran pada sikap rakyat Indonesia. “Mengapa rakyat Indonesia mendukung Iran untuk memiliki PLTN, sementara saat PLTN akan dibangun di sini, rakyat malah dengan keras menolak,” katanya.

Indonesia sendiri sampai saat ini tidak memiliki masalah soal kepercayaan dunia maupun badan energi atom internasional (IAEA). Hikmahanto berpendapat masalah kepercayaan itu mungkin berbeda jika Presiden RI, misalnya, Abu Bakar Baasyir, atau Presiden AS bukan Bush.

Kurangnya dukungan rakyat Indonesia dan bahkan menentang didirikannya PLTN menurut Sabam Sirait, anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDIP, karena mereka tidak percaya ketelitian orang Indonesia.

“Saya sudah ke Jepara, dan kalau masyarakat menganggap itu tidak aman ya cari tempat lain saja,” kata Sabam yang mendukung dibangunnya PLTN. Dia menyatakan PLTN seharusnya sejak dulu dibangun. “Vietnam saja akan membangun PLTN,” katanya.

Menurut Hudi Hastowo, Kepala Badan Energi Nuklir Nasional, pemerintah memproritaskan keamanan dan keselamatan dalam pembangunan PLTN di Muria. “Kami sudah memperhitungkan keselamatan bahkan dua aspek seperti seismik dan vulkanologi selalu diperiksa IAEA dan sampai saat ini dinyatakan aman,” katanya.
(natalia santi)

dipublikasikan di sinar harapan, 1 Februari 2008

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0802/01/lua05.html

Nuklir Iran, Bola Ada di Tangan AS


Jakarta – Masalah nuklir Iran tergantung pada kebijakan yang akan diambil Amerika Serikat (AS). Resolusi sanksi tambahan yang diancam akan dijatuhkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa terus bergulir sejak awal tahun 2009, tampaknya belum akan diputuskan hingga tahun 2010.

Sementara Indonesia dapat berperan lebih jauh dalam masalah ini jika pemimpin kita lebih berani bersikap. Kekhawatiran Barat bahwa Iran suatu saat akan membuat senjata nuklir kian meningkat. Apalagi setelah baru-baru ini ditemukan fasilitas baru.

Hamdan Basyar, Direktur Eksekutif ISMES (Indonesian Society for Middle East Studies) beranggapan teknologi nuklir Iran saat ini belum bisa membuat nuklir. Perkembangan teknologi negeri itu tidak sedahsyat dulu ketika dibantu Amerika Serikat. Karena itu, Iran menggunakan politik tarik ulur dalam bekerja sama dengan Badan Atom Internasional.

“Ketika El Baradei (Direktur IAEA, Red) datang, mereka patuh, ketika Baradei pulang, mereka tidak patuh lagi,” kata Basyar.

Untungnya, Presiden AS saat ini Barack Obama mengedepankan dialog dalam pendekatan terhadap Iran. Sehingga provokasi Iran tersebut tidak menjadikan AS menggunakan kekuatan militernya.

Meski kerap membangkang, Iran tidak akan keluar dari Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT).“Kecil kemungkinan Iran akan keluar dari NPT, karena itu adalah salah satu alat bargaining Iran,” kata Basyar.

Keluarnya Iran dari NPT malah diharapkan AS karena jika Iran keluar dari NPT tidak akan adalagi negara pendukungnya. “Kita juga akan mengecam dan dia akan sendirian.”

Saat ini Iran mengaku tidak percaya pada Barat dan tidak akan pernah percaya. Karena itu apapun yang dihimbau negara Barat tidak akan dipatuhi oleh Iran. Saat mereka kekurangan bahan bakar untuk fasilitas nuklir risetnya, AS pernah menawarkan untuk mengayakannya di luar Iran. Pada awalnya Iran menerima, tapi saat akan dilaksanakan mereka menolak.

“Kami tidak akan mengemis,” kata Behrooz Kamalvandi, Duta Besar Iran untuk Indonesia beberapa waktu lalu. Pihaknya mengkhawatirkan jika uranium yang dimiliki Iran dikirim, maka setelah dikayakan, uranium itu tidak akan dikembalikan lagi ke Iran dengan berbagai alasan.

Indonesia bisa Berperan
Indonesia sebenarnya bisa berperan untuk menjadi penengah atau jembatan dalam masalah tersebut. Meski pihak yang paling dominan adalah kelima negara anggota tetap DK PBB ditambah Jerman (P5+1), dengan Rusia dan China yang dianggap mampu “membujuk” Iran.

“Kita tidak ingin ada musuh. Jadi tidak bisa bersikap tegas kepada pihak yang dianggap bersalah. Kita bermain di antara keduanya,” kata Hamdan.

Sementara menurut Dirjen Multilateral Departmen Luar Negeri RI, Rezlan Ishar Jenie, sikap Indonesia terhadap isu nuklir Iran dilandasi laporan-laporan IAEA. Indonesia terus mengikuti perkembangan pembahasan isu nuklir Iran dalam forum IAEA. Indonesia mengharapkan agar Iran terus bekerja sama dengan badan nuklir dunia itu secara transparan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang masih menggantung (outstanding issues) dan mengembalikan kepercayaan masyarakat internasional terhadap status program nuklirnya.

Indonesia juga mendukung AS untuk terus berdialog langsung dengan Iran dalam kerangka pembicaraan P-5+1 dan mengharapkan pembicaraan antara kedua belah pihak dapat menghasilkan penyelesaian yang damai dan menyeluruh tentang isu nuklir Iran sehingga isu ini dapat dikembalikan ke IAEA.

Hamdan memperkirakan hingga tahun 2010 masalah nuklir Iran akan terus menggantung. Isu itu masih akan dimainkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. (natalia santi)

dipublikasikan di Sinar Harapan, 28 Desember 2009

Tuesday, June 8, 2010

Wali Kota Bethlehem Victor Batarseh:Umat Islam dan Kristen Hidup Harmonis di Bethlehem


Jakarta - Umat Kristen Palestina, khususnya yang tinggal di Bethlehem, hidup rukun dan harmonis dengan umat beragama lain.


Bahkan, menurut Wali Kota Bethlehem Victor Batarseh, kebersamaan dua agama, Islam dan Kristen, berawal dari kota tersebut.

“Kami warga Kristen di Palestina, warga Kristen yang tinggal di Bethlehem hidup secara harmonis dengan saudara-saudara kami,” kata Batarseh dalam acara makan siang bersama di Jakarta, Sabtu (12/12) lalu.

“Jika Israel membunuh warga Palestina, itu berarti mereka membunuh baik warga Kristen maupun Islam. Kami warga Palestina, muslim dan Kristen, bukan cuma muslim saja,” kata wali kota yang beragama Katolik Roma tersebut.

Selama sepekan lalu, Batarseh menghadiri perayaan Natal di beberapa tempat di Jakarta, usai perjalanannya dari Amerika Serikat.

Wali kota asal Palestina tersebut menyatakan 80 persen rakyat Palestina sebelum 1948 adalah warga Kristen Arab Palestina. “Tapi, sekarang setelah penjajahan akibat perang, persentase turun menjadi 1,5-1,9 persen. Ini karena pendudukan Israel, perang Israel terhadap rakyat Palestina, dan karena situasi yang buruk di Palestina,” katanya.

Menurunnya jumlah warga Kristen tersebut bukan karena tekanan dari umat Islam kepada Kristen, melainkan karena mereka terpaksa mengungsi. Dia menegaskan tidak ada tekanan agama di Bethlehem. Islam dan Kristen hidup berdampingan dengan baik.

“Saya wali kota Bethlehem, saya orang Kristen. Enam puluh persen warga Kota Bethlehem adalah muslim. Mereka lebih dari sekadar ma­yoritas. Tapi dengan surat keputusan khusus Presiden menetapkan wali kota Bethlehem dan beberapa kota lain di Palestina harus beragama Kristen,” katanya.

Penetap­an itu untuk mempertahankan karakter khusus dari kota-kota tersebut. Kota-kota itu me­nyimpan akar sejarah sejak berabad-abad.

Menurut Batarseh, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menghadiri setiap perayaan Natal di kotanya setiap tahun. “Kami duduk bersama di gereja. Dia menghadiri malam Natal, tanggal 24 di Bethlehem,” katanya.

Kota Bethlehem menyelenggarakan tiga kali perayaan Natal. Perayaan Natal umat Katolik Roma pada 24 Desember, Gereja Ortodoks Yunani pada 7 Januari dan Jemaat Kristen Armenia pada 15 Januari. Menurut situs Kota Bethlehem, Batarseh dan Presiden Abbas akan mengikuti upacara penyalaan lampu Pohon Natal, Selasa (15/12) ini.

Sangat Aman
Batarseh menyatakan Perayaan Natal di Bethlehem sangat aman. “Kami setiap tahun merayakan Natal. Kami tidak pernah tidak merayakan Natal,” katanya. Dia berharap Israel akan melihat Palestina sebagai tetangga dan saudara yang baik.

“Sebagai pemeluk agama, kami tidak punya masalah sama sekali, kami semua adalah umat yang percaya pada Tuhan.”

Mayoritas penduduk Israel memeluk agama Yahudi. Umat Yahudi tidak merayakan Natal. Mereka meyakini juru selamat yang dijanjikan atau Messias belum hadir.

Sedangkan umat Kristen percaya Yesus Kristus atau yang dikenal sebagai Nabi Isa oleh umat Islam, adalah juru selamat mereka. Hari Natal, merupakan perayaan Hari Kelahiran Yesus. Meski lahir sebagai orang Israel, umat Yahudi hanya menganggap Yesus adalah “one of our boys”.

Batarseh mengungkapkan dari setiap gereja yang dia kunjungi di Jakarta, dia melihat antusiasme warga ingin ber­ziarah ke kotanya. “Saya ber­harap kunjungan ini bisa membuka saluran komunikasi antara kedua belah pihak,” katanya. n

dipublikasikan di Sinar Harapan, 15 Desember 2009
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/umat-islam-dan-kristen-hidup-harmonis-di-bethlehem/?tx_ttnews%5Byears%5D=2009&tx_ttnews%5Bmonths%5D=12&tx_ttnews%5Bdays%5D=15&cHash=7b8d7b5793

Bahasa Indonesia Bisa Jadi Bahasa Resmi PBB


Jakarta - Bahasa Indonesia yang digunakan lebih 231 juta orang bisa diajukan sebagai bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Permintaan itu dapat diajukan pemerintah Indonesia kepada PBB. Demikian salah satu gagasan yang terungkap dalam wawancara eksklusif Sinar Harapan dengan Wakil Sekretaris Jenderal PBB bidang Komunikasi dan Informasi Publik, Kiyotaka Akasaka yang tengah berkunjung ke Jakarta, Jumat (28/5).

Saat mengetahui jumlah penduduk Indonesia yang hampir mencapai 250 juta, Akasaka mengatakan pemerintah Indonesia bisa mengajukan permohonan agar bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi PBB.

“Anda harus mempromosikannya, agar mendapat persetujuan dari seluruh negara anggota (PBB, Red),” kata mantan duta besar Jepang untuk PBB ini.

Saat ini, PBB memiliki enam bahasa resmi. Pada awalnya, hanya lima yakni Inggris, Prancis, Rusia, China, dan Spanyol. Bahasa Arab ditambahkan menjadi bahasa resmi PBB keenam. “Jika pemerintah Indonesia memberi bantuan dana, kami juga bisa memproduksi radio berbahasa Indonesia,” katanya. Saat ini, pihaknya mendapat bantuan sehingga bisa menyiarkan program radio berbahasa Portugis dan Kiswahili.

Rakyat Indonesia, menurut jajak pendapat yang dilakukan sebuah lembaga riset Amerika Serikat, Pew Research Center, memiliki pandangan positif terhadap aktivitas yang dilakukan PBB, yakni sebesar 79 persen atau yang tertinggi di dunia bersama dengan Korea Selatan.

Saat disebut SH, bahwa rakyat Indonesia melihat PBB lemah dalam isu-isu Israel-Palestina atau Iran, dia menyatakan hal itu merupakan kesalahpahaman pandangan soal mandat PBB dengan masalah politik. Meski demikian, dia menegaskan perlunya reformasi DK PBB agar lebih efektif dan kredibel.

Keputusan apa pun yang diambil DK PBB harus sesuai dengan kemampuan dukungan negara anggota. “Keputusan apa pun yang dibuat dalam DK PBB harus didukung de­ngan sumber dana, dan negara-negara dengan kemampuan menyediakan dana, bisa ditambahkan ke dalam keanggotaan DK PBB. Itu antara lain masalah yang sedang dibahas,” katanya.

Dia menambahkan isu reformasi DK PBB tidak boleh dikaitkan langsung dengan masalah-masalah yang sekarang ini ada, seperti masalah Timur Tengah. “Masalah itu tidak hanya pada struktur DK PBB, tetapi masalah politik. Apakah ada DK PBB atau tidak masalah politik itu tetap ada, selama Israel dan Palestina tidak duduk bersama di meja negosiasi,” kata mantan wakil Sekjen Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) tersebut.

Peran Indonesia
Menurut Akasaka, Indonesia memberikan kontribusi yang sangat besar bagi PBB. Jumlah pasukan perdamaian hingga mencapai kontingen ke-17, menempati peringkat 20 teratas. Selain memainkan peranan vital dalam perdamaian dan keamanan, Indonesia juga memberi contoh de­ngan kemajuan besar dalam pencapai­an Millenium Development Goals (MDGs). “Indonesia berperan secara politis, politik dan keamanan, pembangunan ekonomi dan soal lingkungan­,” kata Akasaka sambil menyebut peran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang saat wawancara tengah berada di Norwegia mengikuti konferensi lingkungan hidup.

Saat ditanya apakah dengan pencapaian itu Indonesia layak menjadi anggota tetap DK PBB, Akasaka tidak mau berkomentar. “Sekretariat PBB tidak bisa berkomentar tentang hal tersebut. Jika Indonesia memintanya, hal itu harus dinegosiasikan dengan negara anggota. Kami tidak bisa berkomentar,” katanya.

Pada lawatannya, Akasaka juga bertemu dengan para mantan anggota pasukan perdamaian PBB. Di antara mereka ada yang telah menulis buku perihal pengalamannya sebagai polisi di Sudan.
“Saya terkesan, buku pasti akan berguna bagi banyak orang,” katanya sambil menambahkan buku itu akan diperbanyak oleh kantor informasi PBB di Jakarta agar lebih banyak lagi orang memahami peran Indonesia dalam pasukan perdamaian PBB.

Dia juga menyarankan agar pasukan Indonesia membuat video dan disampaikan kepada UN You Tube agar dapat disaksikan di seluruh dunia. n

dipublikasikan di Sinar Harapan, 3 Juni 2010
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/bahasa-indonesia-bisa-jadi-bahasa-resmi-pbb/

AS Ingin Timur Tengah Bebas Nuklir

Robert Einhorn:

AS Ingin Timur Tengah Bebas Nuklir

Jakarta – Robert Einhorn, staf khusus soal pelucutan senjata dan nonproliferasi nuklir Amerika Serikat (AS) mengunjungi Indonesia akhir pekan lalu.

Einhorn bertemu pejabat Departemen Luar Negeri RI, juru bicara Kepresidenan Dino Patti Jalal, Ketua Komisi I DPR RI, serta Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan.
Kepada dua war­ta­wati di Jakarta, salah satunya Natalia Santi dari Sinar Harapan, Einhorn memaparkan agenda kunjungannya. Antara lain mengundang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Glo­bal soal Nuklir, yang rencananya akan berlangsung April 2010 di Washington dan rencana pembentukan saluran komunikasi regular RI-AS. Diplomat yang telah berkecimpung dengan masalah nuklir sejak tahun 1972 ini juga memaparkan posisi AS soal nuklir Iran dan Israel, Korea Utara (Korut) dan soal nuklir di Asia Tenggara. Berikut paparan Einhorn mengenai kebijakan pelucutan senjata dan nonproliferasi nuklir AS.

Einhorn: Pemerintahan Obama memberikan prioritas tinggi pada isu-isu pelucutan senjata dan nonproliferasi. Presiden Obama yakin seluruh negara di dunia harus bekerja sama untuk menegakkan re­zim nonproliferasi yang mun­dur dengan keluarnya Korea Utara dari NPT (Nuclear non-Proliferation Treaty-red), peningkatan peralatan nuklir, dan ketidakpatuhan Iran terhadap resolusi DK PBB.
Presiden Obama memahami bahwa tidak ada satu pun negara atau kelompok negara yang bisa membangkitkan rezim ini sendiri. Kami perlu merangkul berbagai kelompok negara untuk memperkuat rezim. Kami percaya bahwa penting untuk menjangkau negara anggota Gerakan Non­blok yang berpengaruh, seperti Indonesia. Obama meyakini Indonesia adalah negara yang penting sebagai pemimpin demokrasi di dunia muslim.
Kunjungan saya ke Indo­nesia antara lain untuk membentuk saluran komunikasi re­guler di bidang pelucutan senjata dan nonproliferasi. Bukan sekadar perbincangan beberapa hari, tapi rutin. Memang, Indonesia dan AS kadang-kadang berada di sisi yang berseberangan soal isu ini.
Indonesia sebagai pemim­pin dalam gerakan Nonblok, telah mendesak keras langkah-langkah pelucutan senjata nuklir.
Sedangkan Amerika Seri­kat sebagai pemimpin negara nuklir telah mendesak lang­kah-langkah nonproliferasi dan mencegah negara-negara untuk memiliki senjata nuklir. Presiden Obama meyakini kita tidak boleh memisahkan ke­dua isu tersebut. Pelucutan senjata dan nonproliferasi saling terkait secara integral.

Saluran komunikasi reguler seperti apa yang akan dibentuk?
Saya tidak setiap hari ke Jakarta, komunikasi bisa dilakukan melalui perwakilan di New York, Jenewa, Wina, Washington juga kedubes AS di Jakarta, untuk meneruskan dialog ini. Saluran komunikasi ini penting, mengingat akan ada beberapa pertemuan penting. Bulan April mendatang, Presiden Obama akan menjadi tuan rumah KTT Global soal Keamanan Nuklir. Dia mengundang 40 negara untuk menghadiri KTT tersebut, termasuk Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah menyatakan akan datang ke Washington. Selain itu, bulan Mei mendatang akan ada pertemuan negara pihak NPT, untuk mengevaluasi traktat dan menentukan langkah evaluasi lima tahun sekali. Penting bagi Indonesia dan Amerika Serikat bekerja sama dalam hal ini.

Dalam memandang masalah nuklir, sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar, rakyat Indonesia kerap mempertanya­kan mengapa AS begitu keras terhadap Iran, namun terus membela Israel?
Catatan Iran sebagai anggota NPT tidak bagus. Ini bukan AS yang menyatakannya, tetapi Badan Atom Internasional IAEA menyata­kannya.

Tahun 2002, terungkap Iran memiliki fasilitas pengayaan uranium bawah tanah. Penyelidikan oleh IAEA mengungkapkan sejumlah pelanggaran oleh Iran atas komitmennya terhadap IAEA. Dewan Gubernur IAEA dan DK PBB mengeluarkan empat resolusi yang menyatakan Iran tidak patuh dan meminta Iran menghentikan pengayaan Ura­nium. Iran terus membandel.
Akhir September lalu, Pre­siden Obama, Presiden Prancis dan PM (Perdana Menteri) Inggris dalam pertemuan di Pittsburgh mengungkapkan, Iran memiliki fasilitas nuklir kedua yang dirahasiakan, hal ini diungkap agen intelijen AS Inggris dan Prancis.
Pengungkapan fasilitas pengayaan nuklir ini tidak hanya mengejutkan negara-negara yang menentang Iran, tapi juga negara-negara yang mendukung Iran, seperti Rusia dan China.
Namun, pemerintahan Oba­ma membuat kebijakan untuk melibatkan diri dengan Iran, berbicara langsung dengan Iran untuk menemukan solusi masalah yang memisah­kan negara kami selama ber­tahun-tahun. Presiden kami menulis dua surat kepada pemimpin Iran untuk mencoba membangun hubungan lebih baik. Tapi Iran tidak menanggapinya dengan resiprokal.
Saya sendiri menghadiri pertemuan dengan Iran di Jenewa. 1 Oktober, saya dan pejabat senior Departemen Luar Negeri AS menghadirinya. Ada kesepakatan, tapi dalam waktu hanya sebulan saja tidak dipatuhi Iran. Hanya sebulan.

Tampaknya AS dan Indonesia berbeda pandangan soal laporan IAEA?
Kita memang punya ba­nyak perbedaan dengan IAEA. Kita punya lebih banyak pandangan negatif tentang Iran ketimbang IAEA. Tapi IAEA mengeluh, El Baradei (Dirjen IAEA-red) mengeluh karena kurangnya kerja sama Iran. Akibatnya, dia sendiri tidak mampu memutuskan apakah Iran punya program nuklir tersembunyi, tentang apakah Iran sudah menunjukkan kemajuan dalam kepatuhannya terhadap komitmen yang dibuat dengan IAEA.
Soal Israel, kami tahu ada kekhawatiran soal standar ganda, tapi ini beda. Iran enggan mematuhi komitmennya, namun tidak ada yang mengklaim Israel tidak mematuhi kewajibannya. Israel bukan anggota NPT. Tidak pernah bergabung dengan NPT. Kami bisa menyesalkan hal itu, tapi kami menyesalkan faktanya. Israel ingin tetap membiarkan opsi terbuka sepanjang tidak ada perdamaian di kawasan antara Israel dengan negara-negara tetangganya. Israel tidak melanggar kewajiban.
AS juga ingin melihat Timur Tengah yang bebas nuklir dan senjata pemusnah massal. Proposal yang lama diajukan Presiden Mubarak Mesir didukung AS. Kami ingin Israel pada akhirnya berga­bung dengan NPT. Kami ingin melihat Israel bergabung dengan zona bebas nuklir Timur Tengah. Kami dukung itu dan kami mendukung pembahasan itu antara Israel dengan tetangganya.
Soal pembentukan zona semacam itu, sekarang sangat sulit sepanjang tidak ada perdamaian di kawasan, Israel memiliki kesepakatan perdamaian hanya dengan Mesir dan Yordania, tapi tidak dengan lainnya.
Israel bersiap bergabung dengan di Zona bebas nuklir Timur Tengah, tapi harus ada perdamaian komprehensif antara Israel dengan tetangga-tetangganya. Harus yakin seluruh tetangganya patuh dengan kewajiban nonproliferasi.
Sementara, Suriah diduga telah memiliki reaktor nuklir dengan teknologi dari Korea Utara tanpa memberi tahu IAEA. Jika benar, saya percaya ini benar, memperlihatkan niat Suriah memiliki nuklir.
Kalau kita ingin melihat zona bebas nuklir di Timur tengah yang paling penting adalah proses perdamaian. Indonesia punya kredibilitas dan pengaruh, terutama di negara berkembang, GNB, dan muslim. Dalam kasus ini, kami ingin Indonesia menyelesikan masalah ini, Indonesia dihormati seluruh dunia dan Iran dan kami akan senang jika Indonesia bisa mendorong Iran untuk bekerja sama dengan penyelidikan IAEA.

Bagaimana dengan Korut? Mengapa mereka “ngotot” berdialog langsung dengan AS?
Sebenarnya masalah nuklir Korut yang paling berkepen­tingan adalah negara-negara tetangganya, seperti Korea Selatan, Jepang dan Rusia.
Mereka ingin pengakuan sebagai negara nuklir. Bagai­manapun AS adalah negara berpengaruh di dunia karena itu mereka menginginkan hubungan yang bersih dengan AS. Mereka ingin mendapat stempel persetujuan kami terhadap sistem mereka. Karena jika mereka mendapat itu dari AS, mereka pikir semua negara akan menghormati mereka. Masalahnya, AS tidak akan pernah memiliki hubungan normal bebas sanksi dengan Korut selama mereka memiliki senjata nuklir.
Korut berangan-angan bahwa kami akan menerimanya menjadi negara nuklir. Itu tidak akan pernah terjadi.

Bagaimana jika negara-negara ASEAN ingin mendapatkan nuklir untuk energi?
Tidak mengkhawatirkan. Nuklir merupakan energi yang aman, namun penting bagi negara-negara tersebut mendapatkannya dengan cara yang bertanggung jawab. Penting agar keamanan dan keselamatan diperhatikan dengan saksama. Reaktor harus dibangun di tempat yang aman dan program yang dilaksanakan tidak berisiko bagi masyarakat setempat. Sesuai dengan NPT, melapor ke IAEA supaya mendapatkan hak-hak hukum dan menjamin keamanan struktur, maka instalasi nuklir itu dapat diteruskan. Itu akan aman.
Kami punya info solid bahwa kelompok teroris berusaha mendapatkan nuklir. Hal ini juga akan dibahas pada KTT bulan April mendatang, tapi tujuan utama pertemuan itu adalah seluruh pemimpin menyadari ancaman kepemilikan nuklir oleh teroris, sehingga semua menyadari ancaman itu dan akan mengambil langkah untuk mencegahnya sebagai kepentingan bersama.
Teroris tidak membangun instalasi nuklir namun akan mencurinya. Di Asia Tenggara belum banyak instalasi nuklir, karena itulah, mumpung belum ada, maka hal itu tak perlu perlu dipikirkan.

Apa yang menjadi prioritas nonproliferasi AS?
Masalah Iran, Korut, dan Suriah adalah hal-hal yang menjadi prioritas isu nonproliferasi AS. Suriah harus bekerja sama dengan penyelidik IAEA. Sedangkan negara-negara Asia Tenggara harus mewaspadai kerja sama nuklir Korut dengan Myanmar. Negara-negara harus menjamin agar kerja sama mereka tidak berimplikasi militer. n


dipublikasikan di Sinar Harapan, 16 November 2009
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/as-ingin-timur-tengah-bebas-nuklir/?tx_ttnews%5Byears%5D=2009&tx_ttnews%5Bmonths%5D=11&tx_ttnews%5Bdays%5D=16&cHash=eaf87e1e29

Merayakan Paskah di Belanda


Den Haag - Seketul besar roti di tangan kiri dan cawan anggur di sebelah kanan ada di tangan dua penatua dan pendeta yang berdiri di depan. Jemaah berjalan berbaris, menyobek sendiri roti gandum cokelat yang agak alot, lalu dicelupkan ke dalam anggur.

Roti yang telah dicelupkan ke dalam anggur tersebut dimasukkan ke mulut, sementara sang penatua atau pendeta menyatakan, “roti ini adalah tubuh Yesus dan anggur adalah darahNya.” Sekitar dua ratusan jemaah mengikuti prosesi perjamuan kudus dalam rangka Paskah di Gereja Protestan Amerika di Den Haag, Minggu (4/4).

Ibadah Paskah diawali dengan lagu “My Redeemer Lives” dan dilanjutkan dengan pengumuman-pengumuman serta ucapan selamat datang dari pendeta. Setelah itu, semua jemaah saling bersalaman dengan orang-orang di sekitarnya sambil mengucapkan Peace of Christ, atau yang di Indonesia bisa disebut salam damai.

Setelah itu, dua lagu dinyanyikan berturut-turut, “Christ the Lord is RisenToday/Thine is the Glory” dan “Sing, Sing, Sing” sebelum pengakuan dosa pribadi dengan hening sejenak dan menyanyikan lagu “Mighty to Save”.

Dalam kebaktian, jemaah diberi kesempatan untuk menyampaikan permintaan doa mereka. Beberapa orang bercerita tentang pergumulan mereka dan doa-doa yang ter­kabul. Pendeta menanyakan seorang jemaah yang dalam pekan lalu meminta doa karena kehilangan sesuatu dan ternyata pada saat ditanyakan, barang tersebut sudah ditemukan. Semuanya ikut merasa lega.

Rangkaian permintaan doa tersebut lalu dipanjatkan sang pendeta dan ditutup dengan Doa Bapa Kami bersama-sama. Persembahan diedarkan bukan berupa kantong melainkan ­piring-piring kayu. Tampak uang kertas pecahan 5 euro yang berwarna abu-abu dan serta pecahan merah 10 euro. Beberapa lagi memberi dengan uang logam, entah pecahan 1-2 euro atau 50, 10, 5 sen euro.

Seusai persembahan, anak-anak dipisahkan untuk mengikuti acara mencari telur Paskah. Saat kebaktian dimulai, anak-anak tersebut juga diberi gambar untuk diwarnai lengkap dengan pensil warna. Tampaknya diberikan agar mereka tidak merasa bosan saat mengikuti kebaktian. Pada kesempatan itu pula, terdapat baptisan orang dewasa. Kedua orang tua mengapit anaknya yang akan dibaptis.

Sebelum proses perjamuan kudus, Pendeta Tim Blackmon memberikan khotbah. Kali ini diambil dari Yohanes 5:19-29. Pendeta Tim Blackmon memaparkan bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak bisa ditertawakan. Ada yang meninggal karena sakit, kecelakaan, atau penyebab lain. Namun sebagian besar dari kita seperti balon gas, yang diam-diam habis, susut hingga tiada lagi.
Tidak ada orang yang ingin tua atau meninggal dunia. Tanda-tanda penuaan itu nyata, bahkan menurut pendeta itu, mengutip Max Factor, rahasia laris produk kosmetiknya adalah karena mereka menjual harapan.

Namun, Yesus telah mati dan bangkit untuk kita. Kebangkitannya menjadikan orang-orang yang percaya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Pendeta Tim lalu mengajak para jemaah yang percaya untuk mengikuti prosesi perjamuan kudus menerima roti yang melambangkan tubuh Kristus dan anggur yang melambangkan darahnya.

Peringatan Penting
Prosesi tidak seperti di Indonesia yang mensyaratkan hanya mereka yang telah mengikuti sidi atau pe­ngakuan iman boleh menerima perjamuan. Siapa saja yang percaya Kristus diizinkan untuk mengikuti prosesi tersebut. Meski demikian, tampak pula 1-2 jemaah yang tidak bangkit berdiri dan mengikuti perjamuan kudus. Mereka tetap tinggal di tempat duduknya.

Seusai kebaktian, disedia­kan kopi dan kue-kue. Paskah merupakan peringatan yang paling penting dirayakan di negeri Belanda. Salah satu tradisinya adalah karnaval dan penyalaan api Paskah. Pada keluarga-keluarga dirayakan dengan makan bersama.

Di Belanda, liburan Paskah merupakan libur panjang akhir pekan, Jumat-Senin. Di salah satu taman bunga tulip terkenal, Keukenhof, diadakan acara khusus untuk merayakan Paskah. Sayang SH tidak dapat menyaksikan rangkaian upacara Paskah di taman itu. Namun, cukuplah dengan mengikuti kebaktian Paskah di salah satu gereja Amerika di Den Haag ini. n

dipublikasikan di Sinar Harapan, 5 April 2010

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/merayakan-paskah-di-belanda/?tx_ttnews%5Byears%5D=2010&tx_ttnews%5Bmonths%5D=04&tx_ttnews%5Bdays%5D=5&cHash=f310df022f



KBRI Den Haag Punya Tiga Sepeda Dinas


Den Haag - Mereka yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di Belanda akan tak­jub dengan banyaknya jumlah pengendara sepeda.

Di negara maju yang tertata apik ini, kaum tua-muda, oma-opa, dan para remaja, semuanya mengenda­rai sepeda. Tidak tampak ken­daraan bermotor roda dua, pa­ling hanya tampak satu-dua di pelataran parkir yang didominasi oleh sepeda.
Di Belanda, bersepeda bu­kan hanya untuk berolahraga, tapi sebagai transportasi ke mana saja dengan tujuan apa saja. Pemandangan ini tentu saja tak kita temui di Jakarta. Di Jakarta, motor mendominasi tiap jalur lalu lintas, bah­kan jalur untuk pejalan kaki.
Belanda memang dikenal sebagai negara yang ramah dengan para pengendara sepeda, di samping Jerman dan Denmark. Bahkan, konon, menteri pun ada yang menggunakan sepeda. Staf kedutaan besar RI di Belanda mengungkapkan, saat penggalang­an dana untuk korban tsunami Aceh 2004, banyak di antara dermawan yang datang me­ngendarai sepeda.

Wakil Duta Besar RI di Belanda, Umar Hadi pun hampir setiap hari menggunakan sepeda dari rumahnya ke Kantor KBRI. “Naik sepeda itu rumusnya tanah landai ditambah udara segar ditambah sepeda, baru menghasilkan kebahagiaan,” katanya setengah berkelakar.
Tanah yang landai di se­ba­gian besar wilayah Belanda, serta fasilitas pemerintah yang sangat baik untuk pengendara sepeda membuat warganya gemar bersepeda. Jalan-jalan di Belanda dilengkapi dengan jalur sepeda. Di beberapa kota malah ada peta khusus yang menunjukkan jalan pintas, melewati hutan yang indah. Jalur khusus sepeda didesain sedemikian rupa sehingga ti­dak menimbulkan cedera yang parah saat pengendara terja­tuh. Ada juga prakiraan cuaca untuk pengendara sepeda.

Didahulukan
“Di sini, sepeda juga lebih berkuasa dibandingkan mobil,” kata Umar. Maksudnya adalah ketika di perempatan jalan atau di pertemuan-pertemuan jalan, sepeda lebih didahulukan ketimbang mobil. Selain itu, warga Belanda juga punya kegemaran berolahraga.
“Menteri di sini juga banyak yang bersepeda. Staf kementerian luar negeri datang ke rapat dengan kami naik sepeda,” tambah Umar. Semua staf KBRI memiliki sepeda sendiri. Dan, KBRI Den Haag mungkin satu-satunya kedutaan Indonesia yang memiliki sepeda dinas sebanyak tiga buah.
Umar mengungkapkan, tiga buah sepeda dinas itu digunakan untuk operasional kedutaan sehari-hari. Dua buah di antaranya sepeda bekas yang dibeli di kota mahasiswa, Leiden. Menurut Umar, hal serupa bisa juga dicontoh Indonesia. Terutama di kota-kota yang tanahnya landai. Apalagi, saat ini Indonesia tengah giat-giatnya membangun infrastruktur. Gerakannya bisa dimulai dari kalangan anak-anak sekolah.
Pemandangan berupa ribuan sepeda yahg tergeletak di Stasiun Utama Den Haag adalah suatu hal yang biasa di kota pusat pemerintahan Belanda ini. Hanya ada satu-dua skuter yang tampak. Banyaknya pengendara sepeda tak urung terkait upaya pemerintahnya untuk membuat agar bersepeda menjadi aman, nyaman, dan praktis untuk berkeliling kota. Selain jalur khusus bersepeda hingga ke pelosok, fasilitas parkir dan prioritas di persimpangan jalan, pemerintah Belanda juga membuat peraturan-peraturan, seperti perlindungan terhadap pengendara lansia dan anak-anak.
Di Belanda juga ada Dewan Pengendara Sepeda. Pemerintah mengupayakan agar kota-kota dan wilayahnya sebagai tempat yang ramah sepeda dan tidak terlalu ramah pada kendaraan bermotor.
Kota paling terkenal ramah sepeda di Belanda, antara lain Groningen. Kota berpenduduk sekitar 178.000 tersebut pernah menjadi kota paling ramah sepeda tahun 2002, sementara kota yang paling diminati pesepeda adalah Houten. Pemandangan hijau dan jajaran rumah tua yang rapi membuat kota ini terpilih menjadi kota bersepeda tahun 2009.
Sementara itu, Amsterdam bersaing dengan Kopenhagen, Denmark sebagai ibu kota bersepeda di dunia. Jumlah sepeda di Amsterdam dua kali jumlah penduduknya. Pembangunan infrastruktur ditata sedemikian rupa, mulai dari terowongan, jembatan, tempat parkir, hingga pemberian tindakan tegas terhadap pencuri sepeda serta kampanye promosi lainnya.
Selain hal-hal di atas, ada pula kota-kota lain seperti Delft, Utrecht, Zwolle, Tillburg, Veenendaal, Apeldoorn, Enschede, Njimegen, dan masih banyak lagi. n

dipublikasikan Sinar Harapan, 5 April 2010

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/kbriden-haag-punya-tiga-sepeda-dinas/?tx_ttnews%5Byears%5D=2010&tx_ttnews%5Bmonths%5D=04&tx_ttnews%5Bdays%5D=5&cHash=0e093bba92