Seoul - Korea punya sejarah ribuan tahun bersama sebelum perpisahan. “Kami punya kenangan Korea bersatu lebih dari 1.300 tahun dan lima ratus tahun bersama Dinasti Chosun sebelum penjajahan Jepang,” kata Wakil Menteri Unifikasi Korea Selatan, Hong Yang-ho, saat diwawancarai SH bersama tiga wartawan lain di kantornya, Jumat (19/6).
Sebanyak 10.070 keluarga atau sekitar 120.000 orang mendaftar untuk bisa dipertemukan dengan keluarga mereka di Korea Utara (Korut). Setelah Pertemuan Tingkat Tinggi Antar-Korea tahun 2000, sekitar 1.600 kasus telah berhasil diselesaikan.
Jika unifikasi terjadi, secara ekonomi kedua Korea diuntungkan. Sumber daya alam di Korut, dan tanah yang di utara sangat luas untuk pertanian. “Jika Korea bersatu, bisa menggabungkan keduanya maka, banyak keuntungan ekonomi,” kata Hong Yang-ho, melalui penerjemahnya.
Akibat perpisahan, jalur transportasi utama terpaksa harus melalui laut. Padahal, secara teknis bisa menggunakan jalan yang menghubungkan Korea. Namun, saat ini tidak bisa digunakan. Padahal ekspor adalah salah satu penggerak perekonomian Korsel. Jika lewat laut perlu waktu 30 hari ke Eropa, jika melalui jalur jalan melewati Korut, Siberia ke Eropa hanya 18 hari. Selain lebih efisien, biaya transportasi bisa dikurangi hingga sepertiganya.
Unifikasi juga dapat mengatasi masalah demografi.Angka kelahiran Korsel rendah, yakni 1,50 persen. Angka harapan hidup tinggi hingga 80 tahun. Sementara harapan hidup di Korut hanya 70 tahun akibat kelaparan dan hancurnya sistem makro. “Jika unifikasi tercapai, berbagai masalah demografi akan teratasi,” katanya.
Dia menambahkan, jika masalah Korut tidak teratasi, ekonomi di kawasan Asia Timur Laut tidak akan bisa maju. Dia mencontohkan konsolidasi Eropa. Keuntungan serupa bisa didapatkan jika tercipta perekonomian kawasan Asia Timur Laut yang terdiri atas China, Jepang, Mongolia, Malaysia, Vietnam dan Rusia. Unifikasi Korea bisa menciptakan win-win solution antara rakyat Korea dengan Asia Utara.
Unifikasi juga menguntungkan Rusia yang ingin membangun pipa gas ke Korsel melalui Korut. Saat ini, hal itu tidak dimungkinkan.
Upaya Korsel
Pemerintahan Korsel selalu berupaya menciptakan perdamaian di Korea dan berusaha membantu mengatasi masalah kemanusiaan di Korut. Parlemen Korsel juga telah memasukkan unifikasi ke dalam konstitusi parlemen.
Namun, kebijakan matahari terbit (sunshine policy) untuk menghentikan nuklir Korut selama sepuluh tahun terakhir gagal. Sesuai kesepakatan tahun 1991 soal denuklirisasi Semenanjung Korea, Korut harus mengakhiri program nuklirnya. Namun nyatanya, mereka malah melakukan uji coba nuklir. Niat baik dan tulus dari Korsel tidak diimbangi dengan langkah serupa dari Korut. Korut terus mengembangkan nuklirnya, sunshine policy hanya niat baik sepihak. Ambisi nuklir Korut menjadi ganjalan kerja sama. Karena itu pemerintahan Korsel pimpinan Presiden Lee Myung-bak saat ini memutuskan untuk mengutamakan upaya menghentikan ambisi nuklir Korut.
Meski demikian bantuan kemanusiaan masih terus dilakuka,n walau tidak secara langsung. Bantuan diberikan melalui organisasi kemanusiaan di Korea, maupun organisasi internasional. Korsel mengubah kebijakannya. Kini, dalam hubungan internasional, Korea mereka memilih kerja sama yang saling menguntungkan. “Menurut kami, hal ini bisa meningkatkan kerja sama sekaligus perekonomian Korut dan masyarakatnya,” kata Hong Yang-ho. Korsel kini menerapkan kebijakan yang praktikal demi kemakmuran bersama. Saat ditanya SH, apakah Korsel siap jika Korut suatu saat menyatakan kesediaannya untuk bersatu, Hong Yang-ho menjawab pemerintahan selalu siap. n
dipublikasikan di Sinar Harapan, 3 Juli 2009
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/back_to/indeks-lalu/read/unifikasi-sebuah-keyakinan/?tx_ttnews%5Byears%5D=2009&tx_ttnews%5Bmonths%5D=07&tx_ttnews%5Bdays%5D=3&cHash=39fd84b730
No comments:
Post a Comment