Search This Blog

Sunday, March 22, 2009

Najib Akan Menjadi Pemimpin yang Kuat


Jakarta – Figur Najib Razak dipandang lebih kuat dibandingkan Perdana Menteri Malaysia saat ini, Abdullah Ahmad Badawi. Kedua tokoh tersebut dipandang memiliki banyak perbedaan. PM Abdullah yang akrab disapa dengan sebutan Pak Lah dianggap lebih lembut dengan berlatar belakang pendidikan agama. Kelembutan ini tidak disukai banyak kalangan yang mengharapkan kepemimpinan yang tegas. Oleh mereka, Pak Lah dipandang lemah.

Sebaliknya, Najib memiliki latar belakang politik. Putra mantan PM kedua Malaysia, Tun Abdul Razak, ini telah dipercaya menjadi Menteri Besar saat berusia 29 tahun. Najib dianggap beberapa kalangan akan mewarisi sifat-sifat kepemimpinan mantan PM Mahathir Mohammad yang tegas dan kuat.

Sebenarnya figur pemimpin oposisi, Anwar Ibrahim, sempat mengemuka dan tampak menjadi pesaing kuat Najib. Namun, rencana Anwar untuk menjadi perdana menteri pada 16 September gagal. Kini, Najib jelas melangkah menuju tampuk pimpinan UMNO. Konferensi yang disebut Persidangan Agung UMNO 24-28 Maret akan menetapkan Najib sebagai ketua. Najib melenggang sendirian karena pesaingnya gagal memperoleh dukungan pencalonan. Jika tidak ada aral melintang, Najib akan dilantik menjadi perdana menteri pada 3 April mendatang.

Kabar perpecahan di koalisi Barisan Nasional yang berkuasa saat pemerintahan PM Abdullah, terlihat karena banyak kalangan tidak menyukainya, terutama karena Pak Lah dianggap tidak mampu bersikap tegas terhadap orang-orang di sekitarnya yang disebut kalangan Malaysia sebagai “Superman”.

“Superman-superman” inilah yang bermain dalam menetapkan proyek-proyek demi keuntungan mereka sendiri. Salah satu contoh kasusnya adalah saat Malaysia menghentikan pembuatan jembatan yang menghubungkan negara itu dengan Singapura. “Superman-superman” tersebut diduga memengaruhi Pak Lah untuk mengalihkannya ke proyek mereka yang lain.

Najib diperkirakan akan lebih tegas. Dia mendapat dukungan dari banyak kalangan koalisi Barisan Nasional. Dia juga dipandang memiliki dukungan dari kalangan akar rumput. Peristiwa Perak, yang kembali dikuasai Barisan Nasional setelah beberapa kalangan oposisi berbalik mendukung koalisi berkuasa, merupakan salah satu bukti dukungan terhadap Najib.

Najib juga dipandang mampu memimpin Malaysia di era krisis ekonomi global saat ini. Ekonom lulusan Universitas Nottingham, Inggris, tersebut saat ini telah merangkap jabatan sebagai menteri keuangan. Baru-baru ini, kebijakannya menetapkan anggaran sebesar 60 miliar ringgit mengagetkan oposisi dan secara tidak langsung menaikkan kredibilitas Najib.

Calon kuat yang akan menjadi wakil Najib diperkirakan Muhyiddin Yassin. Muhyiddin dipandang paling memiliki kans untuk mendampingi Najib dibandingkan Moch Ali Rustam, Menteri Besar Melaka dan Muhammad Taib, mantan Menteri Besar Selangor. Sama seperti Najib, Muhyiddin juga berdarah Bugis.


Prediksi

Selain itu, masyarakat Malaysia percaya, perdana menterinya mengikuti urutan “RAHMAN”. Sebuah kebetulan karena keyakinan yang telah ada sejak 1970-an itu ternyata jadi kenyataan atau mendapatkan pembenaran. R untuk Tunku Abdul Rahman, A untuk Abdul Razak, H (Hussein Onn), M (Mahathir Mohammad), A (Abdullah Ahmad Badawi) dan N (Najib Abdul Razak). Penerus “Rahman” diyakini adalah Maha. Diperkirakan M adalah Muhyiddin atau dua pesaingnya, A bisa jadi Anwar Ibrahim atau mungkin pula Moch Ali Rustam, H diperkirakan Hishammuddin, putra mantan PM Hussein Onn. Namun prediksi ini bisa saja salah.

Yang jelas, rakyat Malaysia kini membutuhkan kepemimpinan yang kuat yang bersih dan transparan. PM Abdullah dipandang cukup berhasil, namun terlalu banyak toleransi. Malaysia kembali menginginkan pemimpin yang tegas seperti Mahathir.

Najib juga diharapkan akan lebih memperhatikan rakyat bawah, terutama minoritas di Malaysia. Dalam wawancara dengan BBC Desember 2008, Najib menyatakan dirinya akan melakukan lebih banyak tindakan untuk menangani etnis-etnis minoritas saat menjadi perdana menteri, sambil mempertahankan hak-hak khusus kaum mayoritas Melayu.

“Sebagai sebuah demokrasi, apabila rakyat telah menyuarakan pendirian mereka, kita perlu menanganinya dengan membuat perubahan yang sesuai supaya kita dapat memenuhi tuntutan kumpulan minoritas. Di samping memenuhi tuntutan minoritas, jangan pula kita menyisihkan atau menyakiti hati kumpulan mayoritas di Malaysia,” kata Najib kala itu.

Najib mengakui, para pemilih Malaysia menghendaki perubahan ketika dia menjadi pemimpin utama nanti dan dia perlu merebut kembali kepercayaan rakyat. “Sekiranya kita mau memastikan bahwa partai pemerintah terus menjadi partai pemerintah, kita perlu membuat perubahan berdasarkan hakikat bahwa masyarakat di Malaysia sudah berubah dari segi kehendak, aspirasi, harapan,” katanya.

Najib sempat dikaitkan dengan kasus pembunuhan model asal Mongolia, Altantuya Shaariibuu, karena tersangka adalah ajudan dekatnya, Abdul Razak Baginda. Baginda menegaskan Najib tidak pernah bertemu Altantuya. (natalia santi)



Sinar Harapan, Jumat 20 Maret 2009

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0903/20/sh13.html

No comments: