Search This Blog

Tuesday, March 17, 2009

Kapal Pemuda AsiaTenggara Ke-35, Diplomasi Budaya Lewat Angklung


Jakarta–Bukan diplomasi Indonesia, bukan pula politik luar negeri ini yang dibahas. Namun, pelajaran angklunglah yang dipetik dari 330-an pemuda-pemudi Jepang dan negara-negara ASEAN saat berkunjung ke markas besar Departemen Luar Negeri Indonesia di Jakarta, Kamis (13/11).

Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Deplu Andri Hadi menyatakan program tersebut baik sekali, terutama dalam konteks meningkatkan hubungan antarrakyat (people to people) dalam diplomasi segala bidang (multitrack diplomacy). “Acara akan mempererat hubungan pemuda-pemuda ASEAN dan Jepang,” katanya.
Menurut Andri, angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang mudah dimainkan, tapi banyak yang tidak mengetahuinya.
“Nah, dari sini mereka baru tahu bahwa ternyata memainkan angklung tidak sulit. Dalam setengah jam mereka sudah bisa memainkan satu dua lagu,” kata Andri. Lamat-lamat di tengah wawancara, terdengar alunan angklung para peserta yang berlatih lagu “Kokoronotomo”-nya Mayumi Itsuwa dan “When You Tell Me That You Love Me”-nya Diana Ross.
Selain belajar angklung, para peserta juga diceramahi seputar Indonesia. Andri memaparkan sekilas tentang Indonesia, tantangan, serta keberhasilan yang berhasil diraih pemerintah Indonesia sebelum dan sesudah reformasi.
Program “Kapal Pemuda Asia Tenggara” diselenggarakan pemerintah Jepang sejak tahun 1974. Hingga kini, para alumninya masih saling terjalin. Menurut Sitta Widiasty, alumni tahun 1997, jejaring atau networking adalah manfaat yang paling dirasakannya usai mengikuti program.
“Selain itu, banyak pula alumni yang menjadi tokoh di negara masing-masing,” katanya. Guru bahasa Inggris sebuah sekolah swasta di Jakarta tersebut bahkan bertemu jodoh dengan sesama alumni program.
Kapal “Nippon Maru” yang mengangkut 330 pemuda, termasuk 28 pemuda asal Indonesia, berlabuh di Tanjung Priok Jakarta tanggal 12-15 November usai berkunjung ke Brunei. Peserta berkumpul di Jepang pada 21 Oktober 2008 dan pada 31 Oktober bertolak dari Pelabuhan Yokohama. Selama pelayaran, para peserta melakukan diskusi. Temanya, antara lain mengenai lingkungan, pemahaman lintas budaya, aktivitas sukarela, perkembangan pemuda, pendidikan, hubungan internasional, serta kebudayaan tradisional.
Menurut rencana, setelah berturut-turut mengunjungi Brunei, Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Filipina, pada tanggal 10 Desember 2008 akan kembali berlabuh di Jepang sebagai akhir program.
Menurut Sitta yang juga panitia acara, setelah program berakhir alumni mempunyai aktivitas yang berguna bagi masyarakat. Dia memberi contoh, peserta tahun lalu mempunyai aktivitas “Pisang” atau “Pisahkan Sampah Sekarang”, di mana alumni memberi penyuluhan kepada anak-anak sekolah bagaimana memisahkan sampah organik dan nonorganik. “Aktivitas tersebut cukup berhasil terutama di Bandung,” katanya. (natalia santi)

dipublikasikan di Sinar Harapan, 15 November 2008

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0811/15/lua02.html

No comments: