
Bangkok – Muda dan fotogenik, perdana menteri terpilih Thailand Abhisit Vejjajiva, juga memiliki reputasi politik “bersih”. Pemimpin partai tertua dan oposisi Thailand, Partai Demokrat, menjadi perdana menteri ke-27 dengan perolehan suara 235 dari 431 anggota parlemen dalam sidang khusus, Senin (15/12). Pesaingnya dari Partai Puea Pandin, Pracha Promnok hanya memperoleh 193 suara.
Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan, yang juga mantan Menteri Luar Negeri Thailand menyambut baik terpilihnya Abhisit sebagai PM baru negerinya.
“Dia akan mampu memperoleh dukungan dan mengembalikan kepercayaan rakyat pada pemerintahan Thailand, dan komunitas internasional dapat berinteraksi dengannya secara efektif,” kata Surin kepada wartawan di Jakarta, Senin.
Lulusan Oxford kelahiran 3 Agustus 1964 tersebut berasal dari keluarga kaya keturunan China-Thailand. Kedua orangtuanya adalah dokter. Pencinta sepak bola, khususnya Liga Inggris, tersebut lahir di Newcastle, Inggris. Dia sempat mengenyam sekolah paling bergengsi di negara itu, Eton. Dari Universitas Oxford dia belajar politik, filsafat dan ekonomi.
Dukungan terhadap Abhisit terutama berasal dari Thailand Selatan serta kalangan menengah Bangkok. Abhisit kurang populer di kalangan pekerja dan penduduk pedesaan. Kiprahnya di dunia politik dimulai sejak 1992 saat bergabung dengan Partai Demokrat, partai tertua di Thailand. Dalam usia 27 tahun dia menjadi anggota parlemen yang paling muda. Meski sempat gagal menjadi ketua pada 2001, posisi tersebut diraihnya pada 2005. Slogan kampanyenya “Prioritaskan Rakyat”.
Meski berasal dari pihak oposisi, Abhisit tidak serta merta membuang reformasi liberal Thaksinomic, kebijakan ekonomi dari mantan PM Thaksin Shinawatra. Menurutnya, kebijakan itu harus menggunakan pendekatan yang lebih statis. Dia mengajukan perawatan kesehatan dan pendidikan gratis, kenaikan upah minimum. Khusus buat anak-anak sekolah, Abhisit ingin adanya buku pelajaran dan susu gratis.
Biarpun ia kerap berkampanye melawan korupsi, Abhisit menentang tindakan militer Thailand saat menggulingkan Thaksin. Saat Thaksin mencanangkan percepatan pemilu Februari 2006, Abhisit telah mengutarakan dirinya siap menjadi perdana menteri yang beretika dan mematuhi prinsip pemerintahan yang baik, dan bukan otoriter. Tapi dia mengecam militer yang mengkudeta Thaksin pada September 2006.
“Kita tidak bisa dan tidak mendukung perubahan konstitusional tambahan, tapi itu terjadi. Negara harus melangkah maju dan cara terbaik bagi pemimpin kudeta adalah secepatnya mengembalikan kekuasaan kepada rakyat dan melaksanakan reformasi yang mereka janjikan,” kata Abhisit saat itu.
Bangsawan dari keluarga akademis tersebut juga menetapkan standar tinggi soal kejujuran dari partai dan pemerintahan yang dipimpinnya. Selain aturan transparasi yang kini diterapkan di Parlemen, Abhisit mewajibkan seluruh wakil Partai Demokrat untuk mengumumkan aset serta keterlibatan mereka di perusahaan-perusahaan swasta. Saat ini, aturan itu hanya diberlakukan pada anggota kabinet.
Dari istrinya, Dr Pimpen Sakuntabhai, mantan dokter gigi dan kini dosen di Fakultas Matematika Universitas Chulalongkorn, Abhisit memperoleh dua anak. Dua saudara perempuan Abhisit sendiri adalah profesor psikologi anak dan penulis terkenal Thailand.
Oposisi
Abhisit pernah menjabat sebagai juru bicara Partai Demokrat, jubir pemerintah, Wakil Sekretaris PM bidang politik, Ketua Komite Parlemen bidang Pendidikan, serta Minister di Kantor Perdana Menteri yang menangani reformasi pendidikan, birokrasi dan mekanisme kebijakan anti-korupsi.
Tahun 2005, Abhisit terpilih sebagai Ketua Partai Demokrat, menggantikan Banyat Bantadtan yang mundur setelah kalah dari Partai Thai Rak Thai-nya Thaksin. Partai Demokrat bersama dua partai oposisi utama lainnya memboikot percepatan pemilihan April 2006 yang dilaksanakan pemerintahan Thaksin. Namun, Demokrat ditinggalkan sendirian di kursi oposisi setelah partai reinkarnasi Thai Rak Thai, Partai Kekuatan Rakyat (PPP) pimpinan Samak Sundaravej memenangkan pemilihan umum pada 23 Desember 2007 dan membentuk pemerintahan koalisi enam partai.
Dalam pemilihan Perdana Menteri Januari 2008, Abhisit hanya mendapatkan 163 suara, kalah dari Samak yang memperoleh 310 suara. Di situsnya, Abhisit mengatakan pencapaian terbaiknya adalah saat debat pembelian pelacak bom CTX untuk Bandara Suvarnabhumi.
Abhisit dan Partai Demokrat dikritik mendapatkan dukungan militer. Mereka juga dianggap mengambil keuntungan dari kudeta terhadap Thai Rak Thai. Tantangan yang terberat dihadapi Abhisit saat ini adalah untuk menjembatani kalangan pedesaan dan perkotaan. Masyarakat pedesaan adalah pendukung utama Partai Thai Rak Thai, yang kini telah bereinkarnasi menjadi Partai Puea Pandin.
(bbcnews/the nation/xinhua/nat)
dipublikasikan di Sinar Harapan, Selasa 16 Desember 2008
No comments:
Post a Comment