Jakarta – Departemen Luar Negeri RI kembali mengimbau masyarakat untuk tidak mudah tertipu oleh agen-agen yang menjanjikan bersekolah di luar negeri tanpa melewati prosedur resmi. Kasus telantarnya 49 WNI di Malaysia yang ingin belajar di Universitas Al Azhar, Kairo bukan pertama kalinya terjadi.
“Deplu mengimbau masyarakat untuk tidak tertipu karena untuk sekolah di Al Azhar harus mengikuti prosedur,” kata Teuku Faizasyah, juru bicara Deplu RI kepada SH, Kamis (18/12). “Ini sudah ketiga kalinya sejak saya menjabat sebagai jubir,” tambahnya. Dia mengungkapkan, untuk mencegah bertambahnya korban penipuan, Deplu telah mengirim nota ke perwakilan Mesir di seluruh negara untuk tidak memberikan visa kepada WNI yang ingin belajar di Al Azhar.
Kedutaan Besar Mesir di Jakarta juga menyatakan visa bagi mahasiswa Indonesia hanya dikeluarkan oleh mereka. Dalam siaran persnya, Kedubes Mesir menyatakan seluruh mahasiswa Indonesia dapat mengajukan permohonan belajar di Universitas Al Azhar. Pemerintah Mesir memberikan 115 beasiswa setiap tahunnya, termasuk tiket pesawat dari Kairo ke Jakarta usai menyelesaikan studi.
“Untuk menjaga standar dan reputasi Universitas Al Azhar sebagai universitas Islam tertua dan terbaik di dunia, Kedutaan hanya memberikan beasiswa kepada mahasiswa Indonesia yang memenuhi syarat, sesuai dengan pengetahuan agama serta kemampuan bahasa Arab yang menjadi bahasa pengantar di universitas,” demikian pernyataan Kedubes Mesir yang diterima SH, Kamis (18/12).
Kedubes menguji kemampuan bahasa Arab secara lisan dan tulisan, sebelum para calon mahasiswa diwawancarai wakil Al Azhar di Jakarta. Hanya yang lulus tes akan diberikan visa. “Visa mahasiswa bagi penerima beasiswa hanya dan satu-satuya diberikan oleh Kedutaan Mesir di Jakarta.”
Sedangkan bagi mereka yang ingin membiayai sendiri kuliahnya di Al Azhar, kedutaan melakukan wawancara terpisah untuk melihat apakah mereka memenuhi syarat untuk berkuliah di universitas tersebut.
Sebagian Bertahan
Sementara itu, dari 49 mahasiswa Indonesia yang telantar dan terkatung-katung di Malaysia selama satu tahun, pada Selasa (16/12) sebagian di antaranya sudah pulang ke Tanah Air. “Hanya 15 yang masih bertahan dan ingin kuliah di Malaysia,” kata Faiza.
Ke-49 orang tersebut mengaku tidak lulus tes dari Departemen Agama untuk kuliah di Al Azhar. Mereka kemudian dijanjikan oleh PT Fikruma Center untuk diberangkatkan ke Mesir melalui Madina College. Selama setahun mereka diberikan pendidikan di sebuah musala di Madiwa, Damansara, Malaysia.
Mereka mengatakan telah membayar Rp 12 juta ke Fikruma Center di Jakarta sedangkan Madiwa meminta uang lagi sebesar 2.750 ringgit (Rp 8,25 juta). Karena tidak juga diberangkatkan ke Mesir, mereka kemudian kerja serabutan untuk menyambung hidup. Kasus mereka terungkap setelah meminta bantuan ke Persatuan Pelajar Indonesia Malaysia dan mengadukan masalahnya ke KBRI Kuala Lumpur.
(nat/ant)
dipublikasikan di Sinar Harapan, Kamis 18 Desember 2008
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0812/18/lua02.html
No comments:
Post a Comment