Jakarta – Pemerintah Sudan tetap mengakui PBB sebagai pemberi bantuan kemanusiaan terbesar dan terus melakukan kegiatannya. Beberapa organisasi internasional lain diusir karena dianggap telah melanggar perjanjian yang disepakati dengan pemerintah Sudan.
“Organisasi-organisasi internasional yang diusir hanya sebagian kecil dari seluruh bantuan kemanusiaan yang ada. Bantuan terbesar berasal dari PBB dan kerja sama akan terus berlangsung,” kata Duta Besar Sudan untuk Indonesia Ibrahim Bushra Mohamed Ali kepada SH di kantornya, Kamis (19/3).
Pemerintah Sudan mengusir 13 badan bantuan kemanusiaan tak lama setelah Mahkamah Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Omar al-Bashir. Menurut Ibrahim, organisasi-organisasi tersebut terbukti terkait dengan keputusan ICC untuk menangkap Bashir. Kekosongan yang ditinggalkan 13 organisasi yang diusir tersebut akan diisi oleh lembaga sosial setempat maupun dari Uni Afrika dan Liga Arab.
Dia menambahkan saat ini masih terdapat 138 organisasi kemanusiaan di Sudan. Pemerintah memberikan jaminan keamanan kepada seluruh organisasi internasional sekaligus misi diplomatik yang tetap melakukan kegiatan sesuai mandat dan tidak ikut campur dalam masalah internal.
Saat ditanya mengenai penunjukkan Scott Gration sebagai utusan khusus Amerika Serikat untuk masalah Sudan, Ibrahim menyatakan pemerintahnya masih menunggu dan mengamati perkembangan.
“Kita menunggu sambil melihat (wait and see), namun kita mengharapkan utusan tersebut akan menyampaikan realitas sebenarnya yang terjadi di Sudan,” katanya.
Pemerintah Sudan menganggap resolusi Dewan Keamanan PBB yang membawa kasus Darfur ke ICC tidak memiliki bukti yang cukup dan merupakan tindakan sepihak. Tuntutan yang diarahkan kepada Bashir dianggap bersifat politis dan tidak adil.
Ketua Asosiasi Pengacara Sudan Fathi Khalil menyatakan negaranya tidak akan menyerahkan siapa pun kepada ICC. “Rakyat Sudan mendukung Presiden Bashir,” katanya. Dia menambahkan, banyak pihak yang bermain dan tidak menginginkan kestabilan negerinya. Fathi menyebut Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Israel berkepentingan terhadap ketidakstabilan dan menginginkan perpecahan di Sudan. Karena itu pemerintahnya berkomitmen untuk melawan segala bentuk konspirasi. Sudan juga menyatakan sanggup memikul beban tangung jawab menjaga keamanan dan kestabilan wilayahnya. Mereka mengimbau agar tuntutan terhadap Sudan segera ditarikdari ICC, sementara Sudan akan meneruskan upaya implementasi perdamaian dan penyelesaian transformasi demokrasi dan melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi.
(natalia santi)
Sinar Harapan, Jumat 20 Maret 2009
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0903/20/lua03.html