Search This Blog

Friday, September 18, 2009

Menemukan Budaya Indonesia di Malaysia


Jakarta – Saat berkesempatan berkunjung ke Malaysia tahun lalu, SH memang menemukan banyak kebudayaan Indonesia yang dijadikan ajang promosi pariwisata negeri jiran tersebut. Dalam kerangka berpikir sebagai negara tetangga berdekatan, tampaknya lumrah, banyak budaya kita di sana. Namun, badan pariwisata Malaysia tampak lebih “cerdas” mengemas budaya itu sehingga mendatangkan dolar ke kantung mereka.

Di salah satu pasar terkenal di Kuala Lumpur, Central Market, angklung dipertunjukkan setiap hari, kecuali Senin, mulai pukul 11.30. Sebagai orang Indonesia, saya tertawa membaca penjelasan mengenai angklung yang terpampang dekat deretan alat musik bambu tersebut.

Dijelaskan dalam bahasa Inggris “.. angklung banyak ditemukan di berbagai tempat di Asia Tenggara, namun diyakini berasal dari Pulau Jawa. Musik Tradisional angklung juga ditemukan di Jawa Timur, Jawa Tengah dan pulau-pulau lainnya. Saat ini, angklung banyak dimainkan di berbagai tempat di Malaysia....

Kita semua tahu bahwa angklung berasal dari Jawa Barat dan mungkin sangat jarang ditemukan di daerah-daerah yang disebutkan dalam papan itu. Tidak dijelaskan pula bahwa Pulau Jawa itu adalah bagian dari negara tetangganya, Indonesia. Mungkin ini adalah bagian dari kiat pariwisata mereka.

Di Museum Petrosains yang terletak di menara kembar KLCC, dipajang pula wayang kulit. Meski demikian, buatannya kasar dengan warna-warna yang tidak lumrah dilihat pada wayang kulit Jawa.

Malaysia memiliki corak batik tersendiri. Batik cap asal Indonesia dikenal sebagai batik Jawa dan cukup laris di negeri ini. Di Langkawi, salah satu daerah tujuan wisata yang dikembangkan mantan Perdana Menteri Mahathir Mohammad, batik Jawa diobral dengan harga 15 ringgit untuk tiga helai (satu ringgit = sekitar Rp 2.800).

Seperangkat gamelan juga bisa ditemukan di lobi Angkasapuri, kompleks televisi dan radio pemerintah Malaysia. Sama seperti wayangnya, gamelan tersebut juga tidak seindah gamelan-gamelan Jawa.

Lagu-lagu asal daerah Minang terdengar di negeri jiran tersebut. Selain Hetty Koes Endang, yang albumnya di kala muda masih laris dan dipajang di etalase toko kaset dan CD di Malaysia. Seorang diplomat asal Malaysia pernah mengaku sangat menggemari lagu-lagu keroncong. Saat menikmati santap malam di sebuah restoran terkenal di Kuala Lumpur, SH turut mendengarkan lagu “Ayam den Lapeh” dilantunkan. Dalam restoran banyak turis asing mendengarkan. Namun, apakah salah berdendang? (natalia santi)

Diterbitkan Sinar Harapan, 11 September 2009

No comments: